Jaringan Militer AS Rentan Terhadap Serangan Cyber
Washington, ARRAHMAHNEWS.COM – Seorang pejabat tinggi militer AS mengatakan bahwa jaringan komputer Amerika, termasuk komunikasi Pentagon, rentan terhadap serangan cyber karena arsitektur yang sudah ketinggalan zaman tidak dapat memberikan opsi visibilitas dan kontrol yang cukup.
Berbicara pada sebuah konferensi virtual pada hari Selasa, kepala Komando Cyber Angkatan Darat AS Stephen Fogarty mengatakan, “Jaringan kami berada di bawah serangan tanpa henti … Beberapa musuh berhasil melewati.”
BACA JUGA:
- Lecehkan Al-Quran, Blogger Tunisia di Penjara 6 bulan Karena Buat Surat Corona
- Israel: Siap Skenario Militer Setelah “Aneksasi” Tepi Barat Selesai
“Kita harus meningkatkan keamanan cyber kita, harus menjadi lebih cepat, lebih agresif dan lebih penting lagi gigih dalam mempertahankan jaringan, data, dan platform senjata kita,” kata Fogarty pada Konferensi Virtual Angkatan Darat AFCEA 2020.
Beberapa organisasi dan pejabat resmi di seluruh angkatan darat memiliki dan mengelola arsitektur jaringan ini, di mana sistem digunakan oleh tujuh juta karyawan Pentagon, katanya, tetapi tugas ini dilakukan “tanpa visibilitas yang memadai dan perintah serta kontrol yang cukup.”
“Kami tidak hanya melihat diri kami sendiri. Saat ini sistem kami tidak efisien dan terpapar risiko yang tidak berkelanjutan,” tambah Fogarty.
BACA JUGA:
- Pembantaian Terbaru di Yaman Buktikan Kesalahan PBB Hapus Koalisi Saudi dari Daftar Hitam
- Iran Gagalkan Serangan Cyber AS
Pernyataannya itu dikeluarkan setelah kebakaran terjadi di Bonhomme Richard, kapal perang AS, saat berlabuh di pangkalan AL di San Diego, Minggu.
Kebakaran itu disertai oleh setidaknya satu ledakan besar saat merapat untuk pemeliharaan. Empat warga sipil dan 17 pelaut dibawa ke rumah sakit dengan luka-luka yang tidak mengancam jiwa, menurut Mike Raney, juru bicara armada Angkatan Laut Pasifik.
Raney juga mengatakan bahwa tidak ada bukti serangan dalam insiden itu. Namun, penyebab pastinya masih belum diketahui dengan beberapa analis menyarankan bahwa serangan cyber mungkin telah menyebabkan insiden tersebut. (ARN)