Lamongan, ARRAHMAHNEWS.COM – Beberapa hari ini jagad medsos diramaikan oleh pemberitaan soal ceramah rasis salah satu Wasekjen MUI Ustadz Tengku Zulkarnaen, warganet menganggai isi ceramahnya ingin mengadu domba antara etnis Jawa dan Sumatera. Bahkan bukan sekali ini saja Tengku Zul melakukannya, lantas kenapa seorang tokoh agama seperti dia ingin membuat negara rusuh dan menyebabkan perpecahan sesama anak negeri?, Padahal Nabi Muhammad SAW dan para wali tidak mengajarkan cara dakwah seperti ini.
BACA JUGA:
- Adu Domba Suku Jawa dan Sumatera, Ustadz Tengku Zulkarnaen Diserang Netizen
- Yusuf Muhammad: Tengku Zulkarnaen Produsen Hoax?
Salah satu pegiat medsos dan juga ustadz NU Abdullah Faizin menjelaskan tentang bagaimana selayaknya seorang pendakwah itu bisa memberikan kedamaian dan mempersatukan bangsa kita yang bersuku-suku ini, dan bahkan Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan damai dan penuh cinta.
Menurut Abdullah Faizin, Suku-suku Indonesia memiliki kelebihan yang berbeda tidak selayaknya dibenturkan dengan penghinaan satu sama lain apalagi saat dakwah. Berhati-hatilah Nabi telah memberikan prediksi dalam haditsnya sebagai berikut:
يكون في اخر الزمان اقوام افضل اعمالهم التلاوم بينهم يسمون الانتان ,عبدالله ابن مسعود
“Akan ada di akhir zaman suatu generasi yang menganggap bahwa ibadah yang paling istimewa adalah mencaci-maki, suka menjelekkan satu sama lain. Mereka itu disebut generasi busuk” (Abdullah Ibnu Mas’ud).
Antara dakwah dan rasisme itu bagaikan madu dan racun hati dan empedu air susu dan air Toba dalam tataran sikap aktor pemain film protagonis dan antagonis. Dua kutub yang berlawanan dan benturan seperti letusan gunung yang menghasilkan percikan api yang membakar Sabana tandus dan asap tebal yang membutakan ummat. Ini sangat berbahaya. Maka dua hal tersebut yakni dakwah dan rasisme ini harus dipisahkan seperti membelah leher domba domba kurban agar tidak mengembik serta berkoar koar di berbagai mimbar dan panggung dan beberapa panggung dakwah.
BACA JUGA:
- Ustad Tengku Kena Damprat Yenny Wahid
- Urgensi Dakwah Islam Berwawasan Kebangsaan di Tengah Tantangan Gerakan Radikal
Kita melihat baru baru ini ada fenomena rasisme yang ditebarkan oleh sebagian pendakwah dengan gaya kocak dan provokasinya mencoba menghantam kebhinekaan bangsa ini dengan membenturkan karakter kedaerahan sehingga menimbulkan ketersinggungan sakit hati dan luka bakar yang serius yang sulit di obati di masa pandemi. Tak ada cerminan kesantunan dan keteduhan yang memberikan siraman embun sejuk rohani pada hati saat ummat dilanda ketegangan emosional dan dahaga petunjuk dan kerinduan terhadap Agama sebagai terapi.
Rasulullah tidak pernah mengajarkan serta membeda bedakan warna kulit dan menghilangkan distorsi rasisme kesukuan. Sebelum kita masuk pada eksistensi dakwah yang diajarkan oleh Baginda nabi. Maka kita perlu meresepi kutipan ayat Alquran sebagai berikut: Surat Al-Hujurat Ayat 13.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ayat tersebut merupakan korelasi ketakwaan seseorang yang mampu memahami pandangan kesempurnaan dalam perbedaan. Bahwa perbedaan itu sunnatullah tidak boleh digugat apalagi dicederai dengan melakukan agitasi penghinaan karakter masing masing suku bangsa yang telah di ciptakan Allah. Dalam tataran mamfhum mukhalafah menjadi sesuatu yang tragis bahkan dipertanyakan rg seseorang yang menghadirkan perbedaan sebagai permusuhan bahkan penghujatan oleh siapapun di manapun dan kapanpun.
BACA JUGA:
- 5 Strategi Licik Kelompok Radikal untuk Hancurkan Indonesia
- Dina Sulaiman “Semprot” Fahri Hamzah, Industri Radikalisme Itu Ada
Seorang ustadz harus mencari dan belajar terus cara dakwah yang elegan mampu memahami semua fihak dengan hikmah dan nasehat yang baik menentramkan meneduhkan menyejukkan bukan membuat bara api permusuhan yang merusak cinta Islam dan membangun prahara kebencian. Ini menjadi degradasi nilai dakwah yang suci menjadi amanah penerus Nabi Muhammad dilemparkan ketebing dan dibenturkan dengan luapan mulut yang beroma provokasi yang menghasilkan cibiran ummat yang mendengarnya.
Semoga Allah memberikan hidayah dengan memberikan kebaikan lisan kita dalam menjaga hubungan bersama. Tulisan diatasi tidak lepas dari dasar rangkaian mutiara kalam Rabbi.
فَذَكِّرۡ اِنۡ نَّفَعَتِ الذِّكۡرٰىؕ
oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat,87. QS. Al-A’la. (ARN)
