Yaman, ARRAHMAHNEWS.COM – Dokumen-dokumen rahasia Saudi yang bocor mengungkap bahwa kerajaan telah berupaya menghancurkan negara Yaman melalui dukungan berbagai pemimpin suku dan bukannya pemerintahan tidak sah disana sejak 2011.
Menurut jaringan berita televisi milik Qatar, al-Jazeera, yang membocorkan dokumen tersebut, beberapa siasat yang diadopsi oleh rezim Riyadh telah menjerumuskan Yaman ke dalam situasi saat ini.
BACA JUGA:
- Pembantaian Terbaru Saudi di Al-Jawf Yaman, Lebih dari 20 Wanita dan Anak Tewas
- Peraih Nobel 2011: Saudi Bertanggung Jawab atas Semua Kejahatan Perang di Yaman
Beberapa dari 162 halaman dokumen mengungkapkan bahwa rezim Saudi terus berusaha melakukan konsolidasi dengan beberapa pemimpin suku dan dengan memberikan dukungan material kepada beberapa syekh yang sebagai imbalannya adalah jaminan mereka akan mendukung agenda dan kebijakan Riyadh.
Jumlah dukungan untuk para pemimpin suku adalah jelas, mengingat pentingnya setiap suku dan sejauh mana komitmen para syekhnya untuk menerapkan arahan dan instruksi yang diterima dari kedaulatan dan otoritas negara Yaman.
Dokumen-dokumen tersebut termasuk diantaranya adalah sebuah surat yang diklasifikasikan sebagai “sangat rahasia” dan bertanggal 14 Februari 2010, di mana mendiang Raja Abdullah bin Abdulaziz menginstruksikan para pejabat Saudi untuk memberikan sejumlah 50 juta riyal (sekitar 13 juta dolar) untuk mendukung dan mempersenjatai suku Yaman yang setia kepada kerajaan dan tinggal di daerah yang berbatasan dengan perbatasan Saudi.
Dokumen-dokumen tersebut mengungkapkan bahwa Arab Saudi ikut andil dengan pemisahan Yaman selatan mengkategorikannya sebagai salah satu opsi utama untuk menyelesaikan apa yang digambarkannya sebagai “masalah selatan”.
BACA JUGA:
- Memalukan! Arab Saudi Jarah 48 Juta Barel Minyak Yaman
- GEGER! Warbler Saudi: Penasehat Putra Mahkota Serukan Kudeta
Sebuah dokumen tertanggal dari September 2012 menunjukkan bahwa beberapa entitas selatan menerima dukungan Saudi yang signifikan setelah tahun 2011. Bantuan ini disebut inisiatif Dewan Kerjasama Teluk Persia.
Sementara itu, kerajaan juga mempekerjakan mata-mata untuk melaporkan pertemuan-pertemuan antara para pemimpin selatan, yang diadakan di bawah sponsor internasional.
Menurut dokumen tersebut, inisiatif kerajaan menggalang dukungan di selatan ini terjadi tanpa sepengetahuan pemerintah Yaman.
Dokumen lain menunjukkan bahwa Arab Saudi menghalangi upaya rekonstruksi Jerman dan Qatar di kota Sa’ada di Yaman utara, setelah gencatan senjata mengakhiri enam tahun konflik antara pejuang Houthi dan pasukan yang setia kepada presiden saat itu, Ali Abdullah Saleh, pada 2010.
Pada bulan Maret 2015, Arab Saudi melancarkan perang yang menghancurkan Yaman dengan tujuan mengembalikan Hadi ke kursi kekuasaan, dan menghabisi gerakan populer Houthi Ansarullah.
Riyadh tidak sendirian dalam kampanye ini. Kerajaan itu didukung oleh sekutu regional mereka dan menikmati pasokan senjata dari pendukung Baratnya. (ARN)
