Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – 350 Tahun Indonesia di jajah kolonialis Belanda rentang waktu yang cukup panjang lima generasi dari keturunan manusia, walaupun kita di jajah cukup lama ratusan tahun bangsa ini tidak menjadi bangsa Belanda, budaya bangsa ini tetap budaya Nusantara (bahasa, pakaian, musik dan lain lain)
Walaupun dalam tekanan kekerasan senjata dan intimidasi politik bangsa ini tetap berdiri kokoh dengan corak Nusantaranya.
Pakta sejarah menujukan bahwa nusantara ini terdiri dari berbagai kerajaan kecil maupun besar yang tersebar di berbagai pelosok tanah air.
BACA JUGA:
- Doa Syukur Kemerdekaan oleh Gus Mus
- Dahono Prasetyo: Jangan Sampai HTI ‘Beli Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika’ Kita
Pakta sejarah membuktikan bahwa kerajaan kerajaan tersebut hancur karena diawali persaingan politik lokal hingga menimbulkan perang saudara, kolonial masuk membantu satu pihak untuk menghancurkan semuanya.
Pakta sejarah juga bahwa kolonialis belanda yang menyatukan wilayah Nusantara ini dari sabang sampai mauroke, dari miangas hingga pulau rote.
75 tahun indonesia merdeka waktu yang masih sangat muda bagi sebuah perjalanan bangsa belum ada 25% dari waktu penjajahan dahulu. Perjalanan bangsa ini tidaklah mulus seperti cita cita kemerdekaan para pejuang, diawal yang masih sangat muda 1948 terjadi pembrontakan PKI, di susul pemberontakan DI/TII, PRRI,PERMESTA dan PKI lagi tahun 1965.
Penanaman sikap Nasionalisme melalui penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ) saat orde baru cukup berhasil dan hancur lebur saat orde baru runtuh menyisakan duka dan luka anak bangsa ketimpangan ekonomi dan praktek KKN meraja lela di setiap tingkatan pemerintah pamor Pancasila dengan P4 pun redup.
BACA JUGA:
- Ustad Abu Janda Al-Boliwudi: Inilah Para Habaib yang ikut Isi Perjuangan NKRI
- HTI Sudah Bubar, Anteknya Terus Tebar Propaganda Khilafah di Media
20 tahun lebih perjalanan reformasi seperti massa transisi mencari bentuk Kebangsaan yang berbineka memunculkan gugatan terhadap idiologi Pancasila. Penolakan terhadap RUU HIP dan rongrongan untuk mendirikan negara khilafah.
Perang wacana pun terjadi cukup seru di medsos narasi idiologi dan agama masuk dalam perdebatan pasar bebas pendapat. Kita masih bersyukur bangsa ini di karuniai beragam suku bangsa yang berbeda tidak mempunyai budaya ikatan nasab kesukuan (untuk beberapa daerah masih ada) yang panatik. Panas di medsos tapi masih bisa ngopi bareng walaupun beda pandangan politik.
Kerasnya perang narasi kebabgsaan dan narasi keagamaan mayoritas bangsa ini masih tetap rukun, persinggungan kekerasan tidaklah mengoyak kesadaran masyarakat akan pentingnya persatuan. Walaupun pintu surga terbuka lebar umumnya manusia tetaplah takut mati.
Global berduka dan menderita akibat wabah covid19. Alam sedang mer stard ulang untuk memulai hidup baru dan budaya baru yang berlaku secara global memakai masker contohnya, berjabat tangan erat berubah menjadi menundukan badan. Etika kesopanan dan pergaulan di paksa berubah secara drastis melalui virus corona ini.
Pengembangan aplikasi dan teknologi pelayanan publik berkembang begitu cepat, seiring perjalanan covid19 entah kebetulan atau ada keterkaitan…sejarahlah yang akan membuktikannya.
Sekolah daring, pengajian youtube, seminar via zoom , perdagangan dan bisnis on line, barisan ibadah berjamaah yang berjarak , komunikasi yang singkat, kerja on line semua terjadi mendadak dan bisa di lakukan. Peran keterlibatan manusia secara langsung semakin berkurang…manusia di tuntut berkereasi secara mandiri dan kerja kreatif.
Perubahan yang begitu mendadak dan dasyat ini sepertinya sudah di persiapkan untuk generasi manusia yang lahir di tahun 1990 an keatas.
BACA JUGA:
- Teroris Suriah dan Kelompok Khilafah Sama Serukan Slogan “Demokrasi Kafir”
- Kelompol Radikal dan Khilafah Hancurkan Negara dengan Cara Serang Kyai-kyai NU
Pemimpin Bangsa ini yang sedang berkuasa saat ini memahami betul apa yang terjadi saat ini secara global, dengan menempatkan menteri pendidikan dari kalangan praktisi on line walaupun saat ini terkesan ambu radul, tapi ini pesan massa depan generasi bangsa ini yang sedang di persiapkan untuk menjadi pemain utama dunia.
Saat episentrum kekuatan ekonomi dan teknologi dunia bergeser ke Asia (Cina, Indonesia dan Idia) saatnya SDM sebagai ujung tombak kemajuan bangsa ini, kekayaan SDA bangsa ini telah membuktikan negara ini menjadi negara miskin saat SDM kita lemah.
Negara benar benar hadir dengan beragam skema pionirnya baik itu melalui BUMN Yang bisa dirasakan dalam jangka menengah ke depan.
Perdebatan Kadrun dan cebong yang melanda hampir semua negara bagian dari setrategi global agar misi global mulus tidak banyak hambatan. (ARN)
Penulis. Abdul Malik (Sekretaris LPNU Prov.Banten, Ketua AMBB)
