Arab Saudi, ARRAHMAHNEWS.COM – Di tengah laporan adanya kontak rahasia antara Riyadh dan Tel Aviv, seorang anggota senior keluarga kerajaan Saudi mengklaim bahwa kerajaan tidak akan mengikuti Uni Emirat Arab dalam menormalkan hubungan dengan Israel sampai negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem al-Quds sebagai ibukotanya terbentuk.
Pangeran Saudi Turki bin Faisal Al Saud membuat komentar tersebut dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar harian milik Riyadh, Asharq al-Awsat, yang berbasis di London pada hari Jumat kemarin.
BACA JUGA:
“Setiap negara Arab yang mempertimbangkan untuk mengikuti UEA harus meminta imbalan, dan itu harus menjadi harga yang mahal,” tulis Pangeran Faisal, mantan duta besar Saudi untuk Washington dan mantan kepala intelijen.
“Kerajaan Arab Saudi telah menetapkan harga untuk menyelesaikan perdamaian antara Israel dan Arab – yaitu adalah pembentukan negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kotanya, sebagaimana diatur oleh inisiatif almarhum Raja Abdullah”, tambahnya.
Pada hari Rabu, Trump mengatakan bahwa ia memperkirakan Arab Saudi untuk bergabung dengan kesepakatan, yang memicu kemarahan warga Palestina dan pendukung perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel itu.
BACA JUGA:
- Mahathir: Perjanjian UEA-Israel Akan Sulut Petikaian di Dunia Islam
- Fatah, Hamas Kompak Kecam Normalisasi UEA-Israel
Bagaimanapun, Pangeran Faisal masih membela Emirat dengan mengklaim bahwa Abu Dhabi, sekutu dekat Riyadh, telah mendapatkan syarat utama, yaitu penghentian rencana aneksasi Israel.
Dalam reaksi pertama Saudi terhadap kesepakatan UEA-Israel, Menteri Luar Negeri Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan pada Hari Rabu bahwa Riyadh tetap berkomitmen pada “Inisiatif Perdamaian Arab.” (ARN)