Yaman, ARRAHMAHNEWS.COM – Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) di Yaman mengatakan bahwa dua puluh persen penduduk di negara Arab yang dilanda perang itu menderita gangguan kesehatan mental, akibat serangan milite dan blokade ketat koalisi pimpinan Saudi r yang terus berlangsung.
Dana tersebut, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada kesempatan Hari Kesehatan Mental Sedunia, mengatakan bahwa jumlah tersebut berdasarkan studi yang dilakukan oleh Yayasan Konseling dan Pengembangan Keluarga pada tahun 2017, mencatat bahwa angka tersebut kemungkinan akan melonjak karena pandemi virus Corona dan serangan udara pimpinan Saudi yang tiada henti.
Pernyataan itu menambahkan bahwa proporsi psikiater per populasi tidak mencukupi, sementara beberapa dari sedikit layanan kesehatan mental yang ada telah ditutup akibat pandemi COVID-19.
Baca: Realitas Tragis Perempuan dan Anak Yaman akibat Blokade dan Pemboman Saudi
UNFPA kemudian menyerukan “investasi yang lebih besar” dalam kesehatan mental, mencatat bahwa ini waktu yang kritis bagi Yaman karena para pelaku kemanusiaan menangani pengurangan pendanaan mereka. Tantangan akibat pandemi COVID-19 juga menghambat peningkatan kualitas dan layanan khusus untuk kesehatan mental.”
Desember lalu, Kementerian Hak Asasi Manusia Yaman memperingatkan bahwa serangan militer pimpinan Saudi yang sedang berlangsung terhadap negara Arab miskin dan dilanda konflik itu telah berdampak besar pada kesejahteraan mental anak-anak Yaman, dengan mengatakan bahwa puluhan ribu anak di bawah umur menderita trauma terus-menerus dan gangguan psikologis di sana.
Kementerian mengumumkan dalam sebuah laporan bahwa konflik yang terus menerus selama bertahun-tahun di Yaman telah meninggalkan dampak yang menghancurkan pada kesehatan mental anak-anak, dan bahwa 80.000 anak menderita gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan masalah terkait lainnya.
Baca: PBB Kecam Serangan Udara Saudi yang Tewaskan 9 Anak di Yaman Utara
Laporan itu menambahkan bahwa 9.835 warga sipil, termasuk 800 anak-anak, telah lumpuh akibat penargetan langsung rumah dan tempat tinggal mereka oleh pesawat militer koalisi pimpinan Saudi.
Kementerian Yaman lebih lanjut menyoroti bahwa sementara 24 juta dan seratus ribu orang sangat membutuhkan bantuan, termasuk makanan, perawatan kesehatan, air, akomodasi dan pendidikan, lebih dari 70 ribu warga sipil, yang menderita kondisi sakit yang tidak dapat dirawat di Yaman, tidak bisa menerima pengobatan yang diperlukan karena koalisi yang dipimpin Saudi tidak mengizinkan pembukaan jembatan udara kemanusiaan dari Bandara Internasional Sana’a.
Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya melancarkan perang mematikan terhadap Yaman pada Maret 2015, dengan tujuan membawa pemerintahan mantan presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi yang merupakan sekutunya untuk kembali berkuasa dan menumpas gerakan populer Houthi Ansarullah.
Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata (ACLED) yang berbasis di AS, sebuah organisasi penelitian konflik nirlaba, memperkirakan bahwa perang telah merenggut lebih dari 100.000 nyawa selama lima tahun terakhir.
Gerakan Houthi Ansarullah, yang didukung oleh angkatan bersenjata, telah membela Yaman melawan aliansi yang dipimpin Saudi, mencegah para penyerang memenuhi tujuan kampanye mematikan mereka. (ARN)
