Yaman, ARRAHMAHNEWS.COM – Seorang pejabat Yaman menyatakan bahwa gerakan Houthi Ansarullah dan mantan pemerintah sekutu Saudi akan menukar lebih dari 1.000 tahanan di bawah kesepakatan perdamaian yang disepakati di Swiss bulan lalu.
Abdul Qader al-Murtaza, ketua Komite Urusan Tahanan yang mengatakan dalam sebuah cuitan bahwa pihak yang bertikai akan menukar sekitar 1.081 tahanan pada hari Kamis dan Jumat.
BACA JUGA:
- Ansarullah Bebaskan 2 Tahanan AS dengan Imbalan Pembebasan 240 Warga Yaman
- Sky News Ungkap Bukti Kejahatan Perang Saudi di Yaman
“Transaksi akan dilaksanakan, dengan pertolongan Tuhan, pada tanggal yang dijadwalkan hari ini dan besok,” kata Murtaza pada hari Kamis (15/10), menambahkan bahwa “persiapan telah diselesaikan oleh semua pihak”.
Utusan PBB Martin Griffiths memuji kesepakatan September itu sebagai “tonggak yang sangat penting”.
Seorang juru bicara Komite Internasional Palang Merah (ICRC), yang menangani logistik operasi tersebut, mengatakan bahwa tim mereka hadir di sejumlah bandara berbeda yang terlibat dalam transfer tersebut.
“Persiapannya masih terus, kalau semua berjalan sesuai rencana, semoga operasi pelepasan bisa dilakukan dalam beberapa jam ke depan,” imbuhnya.
Televisi al-Masirah Yaman juga melaporkan kelompok tahanan pertama tiba pada Hari Kamis di bandara internasional di ibu kota Sana’a.
BACA JUGA:
- Aktivis Rilis Foto Pertama Pangkalan UEA-Israel di Pulau Socotra Yaman
- PBB: 20 Persen Warga Yaman Derita Gangguan Kesehatan Mental karena Agresi Saudi
Pertukaran tahanan terjadi setelah pembebasan dua orang Amerika yang ditahan di Yaman pada hari Rabu sebagai bagian dari kesepakatan yang juga menjamin pengembalian lebih dari 200 warga Yaman yang terjebak di Oman sebagai akibat dari blokade pimpinan Saudi di negara yang dilanda perang itu.
Pertukaran tersebut tampaknya melibatkan Arab Saudi dan Oman. Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu bahwa Kash Patel, wakil asisten Presiden AS Donald Trump, untuk menangani perjanjian tersebut, mengidentifikasi warga negara AS yang dibebaskan itu sebagai Sandra Loli, seorang “pekerja kemanusiaan” yang ditahan di Yaman selama tiga tahun, dan Mikael Gidada, seorang “pengusaha” yang ditahan selama setahun. (ARN)
