Iran, ARRAHMAHNEWS.COM – Iran pada hari Sabtu (18/10) mengkonfirmasi bahwa Duta Besar baru negara itu untuk Yaman, Hassan Irlou, telah tiba di Sana’a, mencatat bahwa ia akan segera menyerahkan surat kepercayaan kepada para pejabat Yaman.
“Hassn Irlou, duta besar luar biasa dan berkuasa penuh Republik Islam Iran untuk Yaman, telah memasuki Sana’a,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, kepada FNA.
Ia menambahkan bahwa Irlou akan segera menyerahkan surat kepercayaannya kepada Presiden Dewan Politik Tertinggi Yaman, Mahdi al-Mashat, dan Menteri Luar Negeri Pemerintahan Keselamatan Nasional Yaman, Hisham Sharaf.
Pekan lalu, Asisten Senior Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik Khusus, Ali Asghar Khaji, mengatakan bahwa negaranya akan menggunakan semua potensi dan kemampuan untuk membela orang-orang Yaman yang tidak bersalah di kancah internasional.
Baca: Houthi ke Saudi dan AS: Jika Rudal Kami dari Iran, Maka Bom Iran Bukan Yaman
Khaji menyampaikan hal tersebut dalam sebuah konferensi video dengan Hisham Sharaf Abdullah.
Khaji merujuk pada sikap berprinsip Iran pada resolusi politik krisis Yaman, dan berkata, “Republik Islam Iran akan menggunakan semua kemampuan dan kapasitasnya untuk membela negara Yaman yang tertindas di kancah global melalui berbagai konsultasi regional dan internasional.”
Sharaf Abdullah, pada bagiannya, mempresentasikan laporan tentang tindakan terbaru yang diambil oleh YNSG di kancah global dan korespondensi yang dilakukan dengan PBB dalam upaya untuk menuntut kejahatan koalisi pimpinan Saudi di Yaman, termasuk agresi dan penyitaan kapal yang membawa bahan bakar dan makanan selama epidemi virus korona.
Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya melancarkan perang di Yaman pada Maret 2015, dengan tujuan membawa pemerintahan mantan buronan Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi kembali berkuasa serta menumpas gerakan rakyat Houthi Ansarullah.
Baca: Sky News Ungkap Bukti Kejahatan Perang Saudi di Yaman
Proyek Lokasi Konflik Bersenjata dan Data Peristiwa (ACLED) yang berbasis di AS, sebuah organisasi penelitian konflik nirlaba, memperkirakan bahwa perang telah merenggut lebih dari 100.000 nyawa selama lima tahun terakhir. (ARN)
