arrahmahnews

Bashar Assad Tolak Semua Tawaran Trump

Suriah, ARRAHAMHNEWS.COM Suriah belum kembali ke Liga Arab, jelas bahwa negara-negara yang membekukan kursinya sepuluh tahun lalu atas permintaan Amerika adalah negara-negara yang secara bertahap kembali membuka hubungan diplomatik dengan Damaskus, dengan instruksi, atau oposisi non-Amerika.

Setidaknya ada tiga perkembangan penting yang mencerminkan perubahan sikap terhadap Suriah, terutama Presiden Suriah Bashar Assad, dan pemerintahannya dalam beberapa hari terakhir:

BACA JUGA:

Pertama: kunjungan rahasia dua pejabat tinggi Amerika ke Damaskus pada Agustus lalu, yang pertama adalah Roger Carstens, utusan khusus Presiden AS untuk urusan penculikan, dan Cash Patel, asisten Presiden AS dan direktur kontraterorisme di Gedung Putih, di mana mereka bertemu dengan Mayor Jenderal Ali Al-Mamlouk, kepala Biro Keamanan Nasional Suriah.

Kedua: Dimulainya kembali penerbangan resmi Suriah ke Qatar dan Uni Emirat Arab setelah hampir 10 tahun dibekukan.

Ketiga: Pemerintah Turki mengevakuasi pos pengamatan militer di “Pangkalan Morek” di pedesaan Hama, setelah dikepung oleh Tentara Arab Suriah. Lusinan kendaraan lapis baja dan truk militer yang memuat tentara Turki dan alat berat dievakuasi dengan pengawalan polisi militer Rusia.

Patut dicatat bahwa semua perkembangan ini, atau lebih tepatnya pencapaian diraih tanpa pemerintah Suriah menawarkan kesepakatan apapun menurut pendapat semua pengamat. Ini menunjukkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh ketabahan dan keteguhan Tentara Arab Suriah di medan pertempuran, dan kepatuhan pemerintah Suriah terhadap semua pilar kebijakan regional dan globalnya, serta kesabaran atas penindasan.

Trump yang telah berhasil menekan dua negara Arab untuk normalisasi dengan Israel, telah mengirim utusannya secara diam-diam ke Damaskus dengan harapan dapat membebaskan enam warga negara Amerika yang ditahan di Suriah, untuk meningkatkan peluangnya memenangkan pemilihan presiden Amerika, tetapi soliditas posisi Suriah melewatkan kesempatan ini.

BACA JUGA:

Presiden Trump yang masih dalam keadaan putus asa dan kebingungan karena penolakan Presiden Bashar Assad untuk menanggapi surat tertulis yang dia kirimkan kepadanya untuk menuntut pembebasan para tahanan ini, dan salah satunya diklaim sebagai jurnalis independen, sementara sumber-sumber Suriah mengkonfirmasi hubungannya dengan CIA.

Pemerintah Suriah sama sekali tidak mengomentari apa yang diterbitkan oleh “Wall Street Journal”, media pertama yang mengungkapkan kunjungan utusan rahasia AS.  Masalah ini kemudian mendapat konfirmasi oleh surat kabar “Al-Watan”, yang mengatakan bahwa pihak Suriah bersikeras pada penarikan total pasukan Amerika dari utara dan timur sebelum membicarakan topik lain.

Pemerintahan Trump telah menggunakan kebijakan “Carrots and Sticks” terhadap Suriah (Wortel dalam konteks ini bisa jadi bantuan ekonomi atau diplomatik antar bangsa, sedangkan tongkatnya bisa jadi ancaman militer) dengan harapan akan menanggapi tuntutan yang disebutkan di atas, dan tetap berpegang pada UU Caesar, yang memperketat sanksi terhadap Suriah. Wortel bisa jadi pengumuman yang dibuat oleh James Jeffrey, utusan AS untuk Suriah, di mana dia mengatakan bahwa Washington tidak ingin mengubah rezim di Suriah. Tetapi nampaknya pemerintah Suriah tidak terintimidasi oleh tongkat itu, juga tidak tergoda oleh wortel Amerika.

BACA JUGA:

Pengirim dua utusan Presiden Trump secara pribadi ke Damaskus dianggap sebagai “anomali” dari pemerintahan Amerika dalam bernegosiasi dengan negara musuh, karena biasanya negosiasi rahasia ini terjadi di negara ketiga yang netral dan dapat diterima bersama, seperti Swiss atau Kesultanan Oman. Tetapi perginya utusan Amerika ke Damaskus, bukti kecerobohan dan kelemahan, upaya untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan tahanan dengan cara apa pun yang memungkinkan, dan memperlihatkan ketangguhan Suriah.

Tidak dikecualikan bahwa utusan Amerika membawa tawaran menggoda yang mereka tempatkan di kantor Mayjen selama pertemuan dengannya, tetapi AS menolak penarikan, itulah mengapa dibuang ke tempat sampah, dan kedua utusan kembali dengan kepala tertunduk dan tangan kosong.

Trump mengirim pesan tertulis kepada Presiden Al-Assad, dan melampirkannya kepada utusan dari Gedung Putih dan bukan dari Kementerian Luar Negeri, Trump “terpaksa” mengakui Presiden Al-Assad dan legitimasinya setelah dia gagal mengubah rezim, dan aturan ini juga berlaku untuk negara-negara yang telah membuka penerbangan dengan Suriah.

Presiden al-Assad memiliki ungkapan terkenal yang mengatakan bahwa harga menyerah jauh lebih mahal daripada harga ketabahan. “Tampaknya ketiga perkembangan yang kami sebutkan di atas membuktikan kredibilitas frasa ini … dan mungkin buah pertama dari ketabahan .. Di masa yang akan datang mungkin penuh kejutan. (ARN)

Sumber: Raialyoum.com

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca