arrahmahnews

Islah Bahrawi: Waspada Agama “Baliho”

Islah Bahrawi: Waspada Agama "Baliho"

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM Waspada marak Agama “Baliho” mereka manusiakan Tuhan dan menuhankan manusia. Salah satu cuplikan film PK Bollywood yang diaktori oleh Amir Khan juga menceritakan bagaimana seorang tokoh agama menjadi orang yang tidak bisa menjelaskan esensi agama kepada umatnya, bahkan PK menyebutkan bahwa Tuhan itu ada 2 jenis, Tuhan yang menciptakan alam semesta, dan Tuhan palsu yang diciptakan oleh pemuka agama. Tuhan palsu yang diciptakan oleh pemuka agama adalah cerminan pribadi dari pemuka agama itu sendiri, pemarah, pencemburu, pembohong, suka dipuji, membuat umatnya takut, dan lebih suka mendatangi orang kaya dibanding orang miskin.

Bertuhan itu baik, tapi jangan pernah melupakan akal dan hati nurani dalam beragama karena selalu ada kemungkinan tokoh agama untuk salah menafsirkan ajaran, dan selalu ada kemungkinan orang jahat untuk memanfaatkan agama demi kepentingannya. Bertuhan itu baik, tapi jangan pernah melupakan akal dan hati nurani dalam beragama karena selalu ada kemungkinan tokoh agama untuk salah menafsirkan ajaran, dan selalu ada kemungkinan orang jahat untuk memanfaatkan agama demi kepentingannya.

BACA JUGA:

Kita kadang terlalu arogan, merasa bahwa kita lebih pantas menghakimi manusia lain ketika bicara mengenai agama ketimbang tuhan itu sendiri, seolah-olah dirinya adalah perpanjangan tangan tahun. Mirisnya, tindakan penghakiman itu seringkali dilakukan dengan aksi kekerasan. Mengaku menegakkan hukum tuhan tapi dengan merusak fasilitas umum, mengaku meluruskan orang sesat tapi dengan cara membunuh, membela agama yang dilecehkan dengan terorisme.

Manusia lahir dibekali dengan otak oleh Tuhan, maka semestinya dengan akal lah kita menilai mana Tuhan yang asli mana Tuhan palsu, mana ajaran yang pantas kita ikuti dan mana yang tidak, dan kita tidak mesti ikut pemahaman yang mainstream (dianggap umum) jika hal itu tidak sesuai dengan hati nurani kita.

Jika ingin bertuhan, maka Tuhankanlah Tuhan, jangan menuhankan agama.

Politik selalu menyeret paksa agama selama berabad-abad untuk terlibat dalam kejahatannya. Ia menyuntikkan benda ke dalam umat beragama dengan penyakit yang sulit untuk disembuhkan, dan ketika kecerdasan saja bisa terlena, apalagi kebodohan.

BACA JUGA:

Salah satu tulisan yang cukup menarik ditulis oleh Islah Bahrawi dalam akun instagramnya juga menjelaskan bagaimana agama dijadikan alat kepentingan, bagaimana agama dijadikan mesin politik dan ini sangat berbahaya sekali.

Menurut Bahrawi, politik menipu umat karena fanatisme adalah aset utama semua agama, namun bisa didapat dengan mudah. Ini satu sisi kehormatan yang dipunyai agama, barang langka yang kadang dijual sangat murah oleh makelar-makelar “Tuhan” demi politik dan kekuasaan.

Politik membawa agama sejak lama untuk bertikai dalam darah dan besi. Konflik agama tak pernah selesai, dan ini sangat disukai oleh politik. Ambisi kekuasaan harus terus menerus menjaga konflik agar tetap hidup dalam upaya untuk memperbesar militansi. Umat kemudian dibutakan dan ditulikan dengan sengaja, nalarnya ditenggelamkan agar kepentingan politik berdiri sejajar dengan agama.

Dunia politik juga menciptakan figur-figur idolatri agama yang mudah digiring ke dalam kepentingannya. Mereka menghipnotis umat untuk menciptakan berhala-berhala baru, seolah ia menjadi bayang-bayang keilahian dan membangun seruan bahwa suaranya adalah sumber dari segala kebenaran – gambarnya bahkan disulap menjadi sesembahan. Pembodohan itu tidak pernah ada habisnya.

BACA JUGA:

Umat yang awam adalah sasaran. Mereka dijejali dengan sosok manusia biasa yang digambarkan sebagai “The second man of almighty” melalui bumbu-bumbu kesucian, seolah ketika sosok itu berbicara partai, ini bukan politik, ini kepentingan tuhan. Ketika ia mencaci-maki, semua kata-kata kotor itu adalah maklumat dari sorga. Dia disulap untuk dipuja: salahnya bukan kesalahan, jahatnya bukan kejahatan. Kesalahan pasti punya orang lain, kebenaran orang lain adalah miliknya.

Politisasi agama selalu begini – mereka menciptakan “Cabang-cabang tuhan” di kantor partai. Baliho dibentangkan untuk dijadikan berhala. Manusia biasa dipaksa suci, seolah dia tidak mungkin berbuat dosa, bahkan seolah tidak menikmati ejakulasi. “Ini abad moderen. Tidak ada kesucian bagi manusia yang masih memiliki nafsu, birahi dan ambisi,” kata Jose Montelibano.

Janganlah Tuhan dimanusiakan dan manusia dituhankan. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca