China, ARRAHMAHNEWS.COM – Pemerintah AS menuduh China melakukan “pelanggaran mencolok” atas sanksi yang diberikan terhadap Korea Utara. Tujuan sanksi itu dikatakan untuk mencegah Pyongyang memajukan program rudal nuklir dan balistiknya yang damai.
Pada Hari Selasa (01/12) Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Korea Utara, Alex Wong, menuduh Beijing “berusaha membatalkan” sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Pyongyang.
BACA JUGA:
- Legislator: UU Kontra-Sanksi Kesempatan Bagus Kembangkan Industri Nuklir Iran
- Gua Natal di Gereja Ortodoks Damaskus Mulai Dibuka
Berbicara kepada Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington, Wong mengklaim bahwa China saat ini menampung setidaknya dua lusin perwakilan Korea Utara yang terkait dengan program senjata Pyongyang, dan perusahaan China terus melakukan bisnis dengan entitas yang disanksi PBB itu.
Wong mengatakan bahwa Beijing juga terus menampung setidaknya 20.000 pekerja Korea Utara dimana ini melanggar larangan PBB, dan bahwa Amerika Serikat pada tahun lalu memergoki kapal yang membawa batu bara atau barang terlarang lainnya dari Korea Utara ke China pada 555 kesempatan terpisah.
Pejabat AS itu juga mengklaim bahwa China “meningkatkan izin” bagi perusahaan-perusahaan mereka untuk berbisnis dengan Korea Utara terkait berbagai barang yang dilarang PBB, termasuk makanan laut, tekstil, besi, baja, mesin industri, kendaraan, pasir, dan kerikil.
BACA JUGA:
- AS Paksa Korsel dan Jepang Musuhi China
- Pakar China: Sistem Radar Baru Rusia Mampu Tembak Jatuh Jet Siluman F-35 AS
“Mereka berusaha untuk menghidupkan kembali hubungan perdagangan dan transfer pendapatan ke (Korea) Utara, dengan demikian memastikan jangkauan China ke ekonomi Utara,” tambah Wong.
Wong mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS meluncurkan situs web di mana siapapun dapat memberikan informasi tentang pelanggaran terhadap sanksi PBB atas Korea Utara dengan imbalan hingga lima juta dolar.
China telah berulang kali menyatakan komitmennya terhadap sanksi PBB atas Korea Utara, tetapi bersama Rusia, bersikeras bahwa pelonggaran sanksi bisa membantu memecahkan kebuntuan dalam pembicaraan nuklir antara Washington dan Pyongyang. (ARN)
