arrahmahnews

Putin: AS Provokasi Rusia Kembangkan Senjata Hipersonik

Putin: AS Provokasi Rusia Kembangkan Senjata Hipersonik

Kremlin, ARRAHMAHNEWS.COM Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Amerika yang memulai perlombaan senjata, hingga memaksa Rusia untuk mengembangkan senjata hipersonik sebagai tanggapan.

Ditanya tentang risiko perlombaan senjata baru, pemimpin Rusia mengatakan dalam konferensi pers tahunannya pada hari Kamis, “Itu sudah terjadi, dan ini sudah jelas”.

BACA JUGA:

Putin mengatakan dia yakin Presiden terpilih AS Joe Biden terbuka untuk berdialog tentang masalah ini, tetapi “kami memerlukan reaksi dari mitra kami, Amerika”.

Presiden Rusia sebelumnya mendesak Gedung Putih untuk menyetujui perpanjangan satu tahun dari perjanjian New START, yang merupakan perjanjian kontrol senjata nuklir terakhir antara Moskow dan Washington yang membatasi pengembangan dan penyebaran hulu ledak nuklir strategis kedua negara.

Selama konferensi pada hari Kamis, Putin mengulangi seruannya, dan mendesak Washington untuk memperpanjang perjanjian kendali senjata New START selama satu tahun.

“Sekarang juga ada ancaman bahwa Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis dihentikan. Ini berarti tidak ada lagi pembatasan perlombaan senjata, tidak ada sama sekali. Kami telah menyerukan dan terus menyerukan kepada mitra barat kami untuk memperpanjang perjanjian ini setidaknya satu tahun. Selama tahun ini kami akan memiliki substantif, seperti yang dikatakan para diplomat, pembicaraan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.”

Pada Juli 1991, START yang kemudian disebut START I, ditandatangani oleh presiden AS saat itu George HW Bush dan Mikhail Gorbachev, presiden terakhir Uni Soviet, melarang kedua negara untuk mengerahkan lebih dari 6.000 hulu ledak nuklir di atas total 1.600 rudal balistik antarbenua (ICBM) dan pembom.

BACA JUGA:

Pada Januari 1993, Presiden Bush dan Boris Yeltsin, mantan presiden Rusia, menandatangani START II, ​​tetapi gagal dan tidak pernah berlaku.

Perjanjian START I berakhir pada akhir 2009 dan penggantinya, yang disebut New START atau START III, ditandatangani pada April 2010 oleh mantan presiden AS Barack Obama, kemudian presiden Rusia Dmitry Medvedev, di mana kedua belah pihak setuju untuk membagi setengah jumlah rudal nuklir strategis dan membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan menjadi 1.550.

Perjanjian tersebut dapat diperpanjang untuk lima tahun lagi, setelah tanggal kadaluwarsanya pada Februari 2021, dengan kesepakatan bersama. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca