Palestina, ARRAHMAHNEWS.COM – Kepala biro politik gerakan perlawanan Hamas mengatakan bahwa upaya baru yang bertujuan untuk melanjutkan dialog nasional di antara berbagai faksi Palestina guna mencapai rekonsiliasi untuk mencapai persatuan nasional telah dilakukan.
“Persatuan nasional adalah landasan untuk melawan pendudukan Zionis dan rencananya yang bertujuan untuk melikuidasi perjuangan Palestina dan membatalkan hak kami atas tanah, kesucian, serta kembali,” kata Ismail Haniyeh dalam pernyataan pers pada hari Jumat, sebagaimana dikutip Pusat Informasi Palestina.
BACA JUGA:
- Hamas: Perlawanan Bersenjata Satu-satunya Cara Hadapi Zionis Israel
- Hamas: Aneksasi Israel Diterapkan dengan Penghancuran Rumah Warga Palestina
Ia menambahkan bahwa Hamas sedang membangun “kontak internal dan eksternal” dengan gerakan politik Fatah dan faksi nasional dan faksi Islam lainnya dalam hal untuk menjadikan upaya yang bertujuan melanjutkan dialog nasional menjadi “sukses” dalam melawan rezim Israel.
Haniyeh juga mencatat, apa yang telah dilakukan bertujuan untuk memenuhi syarat persatuan dengan membangun kembali institusi kepemimpinan Palestina, baik Organisasi Pembebasan Palestina maupun Otoritas Palestina, atas dasar kemitraan dan konsensus nasional.
“Ini harus dicapai sesuai dengan keinginan rakyat Palestina melalui pemilihan yang bebas dan adil,” tambah pejabat tinggi Hamas tersebut.
Pada bulan September lalu, Haniyeh sangat mendesak semua faksi Palestina untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan menyatukan pandangan dalam menghadapi tindakan yang menargetkan perjuangan Palestina oleh Amerika Serikat, Israel, dan rezim Arab yang berbahaya.
BACA JUGA:
- Sumber Senjata Pejuang Palestina dari Qassem Soleimani
- Karena Bantu Pengungsi Palestina, Israel-UEA Stop Dana UNRWA
Kepemimpinan Palestina telah terpecah antara Fatah dan Hamas sejak 2006 setelah Hamas mencetak kemenangan telak dalam pemilihan parlemen di Jalur Gaza. Hamas sejak itu mengelola daerah kantong pesisir tersebut, sementara Fatah memerintah di bagian otonom Tepi Barat yang diduduki Israel.
Upaya rekonsiliasi sebelumnya oleh kedua belah pihak untuk membentuk pemerintahan persatuan di Gaza dan Tepi Barat sejauh ini gagal.
Hamas telah berulang kali mengatakan siap menerima persyaratan rekonsiliasi utama yang ditawarkan oleh Abbas sambil menggarisbawahi “keinginan untuk mencapai persatuan nasional”.
Pembicaraan tahun lalu antara faksi-faksi Palestina terinspirasi oleh langkah berbahaya yang diambil oleh dua negara Teluk Arab (Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain) yang menormalisasi hubungan mereka dengan Israel melalui kesepakatan yang ditengahi AS. (ARN)