Moskow, ARRAHMAHNEWS.COM – Rusia segera melakukan uji coba rudal balistik antarbenua baru, yang konon mampu mengalahkan sistem pertahanan apa pun.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexei Krivoruchko mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar militer Krasnaya Zvezda pada hari Sabtu, bahwa uji coba penerbangan rudal balistik antarbenua (ICBM) Sarmat Rusia akan dimulai dalam waktu dekat.
BACA JUGA:
- VIDEO: Rusia Sukses Uji Coba Rudal Balistik Antar Benua Terbaru
- WOW! Dahsyatnya Rekaman Uji Coba Rudal Rusia Berkecepatan Cahaya
“Saat ini uji ejeksi ICBM Sarmat sudah selesai dengan hasil positif. Dalam waktu dekat, kami akan meluncurkan uji coba sistem rudal ini,” kata Krivoruchko.
“Tidak ada senjata pertahanan rudal bahkan yang paling canggih sekalipun, yang dapat mencegah ICBM Sarmat,” tegasnya.
RS-28 Sarmat, dengan berat 208 ton dan jangkauan sekitar 6.200 mil, mampu membawa hingga 16 hulu ledak. ICBM canggih dilaporkan mampu membawa muatan yang mampu menghancurkan area seukuran Texas atau Prancis.
Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Angkatan Darat Sergei Shoigu mengatakan dalam rapat dewan Kementerian Pertahanan Rusia pada 21 Desember bahwa kementerian telah merencanakan untuk membuat rentang pengujian untuk uji coba Sarmat di wilayah Krasnoyarsk Siberia.
Beberapa hari sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada konferensi pers tahunannya bahwa pengembangan Sarmat telah memasuki tahap akhir.
BACA JUGA:
- Sistem Rudal Rusia Lacak Jet Tempur AS di Timur Suriah
- Rusia Akan Serang Jika AS Kerahkan Rudal ke Eropa
Rudal itu ditampilkan untuk pertama kalinya dalam pidato tahunan Putin di hadapan Majelis Federal pada awal Maret 2018, di mana ia memamerkan sistem rudal sebagai inti dari senjata Rusia yang diperbarui dan sangat canggih.
Senjata lain yang dipamerkan pada saat itu oleh Putin termasuk drone kapal selam bertenaga nuklir, rudal jelajah, dan senjata laser.
Putin menjelaskan saat itu bahwa senjata baru dikembangkan sebagai tanggapan atas pelanggaran Washington terhadap Perjanjian Rudal Anti-Balistik 1972, yang ditandatangani antara AS dan Uni Soviet untuk membatasi penggunaan sistem pertahanan rudal.
Pemimpin Rusia itu mengatakan Washington secara sepihak menarik diri dari perjanjian di bawah mantan Presiden George W. Bush untuk memajukan teknologi misilnya, tetapi Moskow telah memastikan bahwa senjata strategisnya dapat melewati sistem pertahanan modern AS. (ARN)
Sumber: PressTV