Arab Saudi, ARRAHMAHNEWS.COM – Kepala kebijakan Departemen Pertahanan AS Anthony Tata bertemu dengan wakil menteri pertahanan Arab Saudi di Riyadh, ketika Presiden AS mendorong penjualan senjata di menit-menit terakhir dan sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Presiden terpilih Joe Biden.
Tata yang baru-baru ini ditunjuk, seorang loyalis Trump, mengadakan pembicaraan dengan Pangeran Khalid bin Salman – adik dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman – dan membahas “visi bersama tentang stabilitas kawasan,” ujarnya dalam sebuah postingan Twitter seperti yang dikutip dalam laporan outlet berita Monitor yang berbasis di Washington.
BACA JUGA:
- AS Sebar Iron Dome Buatan Israel di Timur Tengah
- Iran: Rudal Kami Bisa Jangkau Semua Pangkalan AS di Timur Tengah
Rincian pertemuan pada hari Kamis tidak diungkapkan oleh kedua belah pihak, menurut laporan itu, yang menekankan bahwa kunjungan di hari-hari terakhir masa jabatan Tata di Pentagon datang ketika pemerintahan Trump mencoba untuk menekan lebih banyak penjualan senjata ke rezim Saudi sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari.
Sementara Biden telah berjanji untuk mengadopsi sikap yang lebih keras terhadap negara Teluk Persia, dan mengancam akan menghentikan penjualan senjata ke Saudi dan mengakhiri dukungan Washington atas agresi militernya di Yaman.
Kunjungan Tata ke Riyadh juga terjadi ketika militer AS mengirim sepasang pembom B-52 berkemampuan nuklir ke Timur Tengah -misi keempat hanya dalam dua bulan- setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Minot di North Dakota ke Yordania pada hari Rabu, sebelum dikawal dengan pesawat perang F-15 Saudi.
BACA JUGA:
- Jelang Peringatan Kematian Soleimani, AS Kirim 2 Pesawat Bomber ke Timur Tengah
- Timur Tengah Memanas, Hizbullah Ganda dan Siagakan Rudal Presisi
Pengiriman ulang pembom B-52 – yang bertepatan dengan penempatan kembali kapal induk USS Nimitz ke wilayah, selain kedatangan kapal selam berpeluru kendali USS Georgia ke Teluk Persia – menandai ketakutan dan kekhawatiran militer AS dan sekutu regionalnya dari kemungkinan balas dendam Iran atas pembunuhan yang diperintahkan Trump.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Penjabat Kepala Pertahanan AS Chris Miller memerintahkan Nimitz kembali ke pelabuhan asalnya tepat setelah ulang tahun pertama serangan teroris yang menewaskan Soleimani bersama dengan perwira senior militer Irak, dengan harapan menyingkirkan pasukan Amerika dan aset militer dari risiko sasaran serangan pembalasan.
Menurut laporan al-Monitor, Arab Saudi dan rezim Israel “telah berkontribusi pada unjuk kekuatan (pimpinan AS), yang diikuti seruan untuk membalas dendam oleh pemimpin tertinggi Republik Islam, Ayatollah Ali Khamenei atas pembunuhan terhadap seorang ilmuwan nuklir senior Iran pada bulan November”.
Tata, tambah laporan itu, juga mengunjungi Maladewa pada awal pekan ini untuk membangun perjanjian kerja sama militer bersama yang ditandatangani September lalu.
Anthony Tata dinominasikan untuk menjadi kepala kebijakan Pentagon tahun lalu, tetapi tidak pernah dikonfirmasi oleh Senat AS. Dia ditunjuk oleh Trump untuk melakukan peran itu di tengah perombakan Gedung Putih atas kepemimpinan Pentagon yang membuat sekutu politik Trump dilantik pada bulan November lalu. (ARN)