AS Mencekam Jelang Pelantikan Biden, FBI Minta Polisi Siaga Tinggi
Amerika Serikat, ARRAHMAHNEWS.COM – The New York Times melaporkan pada hari Rabu (13/01) bahwa Direktur FBI Christopher Wray dan Pejabat direktur Badan Kewarganegaraan dan Imigrasi Amerika Serikat, Kenneth Cucinelli, memperingatkan kepala polisi kota-kota besar AS untuk waspada tinggi dan “saling menyebarkan informasi intelijen”, ditengah kekhawatiran yang meningkat tentang kemungkinan “kekerasan ekstremis” jelang pelantikan 20 Januari Biden.
Menurut laporan itu, Wray dan Cucinelli tidak menjelaskan secara spesifik, tetapi mengatakan mereka akan mengeluarkan pengumuman ancaman nasional yang mendesak semua warga AS untuk berhati-hati dalam beberapa hari mendatang.
BACA JUGA:
- New York Batalkan Semua Kontrak dengan Perusahaan Trump
- Iran: Percuma AS Kembali ke JCPOA Jika Sanksi Tak Dicabut
“Keduanya menkhawatirkan tentang potensi serangan terhadap bisnis, gedung DPR negara bagian, gedung federal dan rumah anggota kongres”, bunyi laporan itu.

Polisi Amerika SIaga Tinggi Jelang Pelantikan Biden
Seorang kepala polisi mengatakan kepada NYT bahwa mereka mengkhawatirkan tentang apa yang mereka sebut sebagai ekstremis kekerasan negeri yang terlibat dalam protes. Christopher Wray tampak sangat prihatin mengenai ketidakpedulian orang-orang ini terhadap pemerintahan demokratis. “Fokusnya bukanlah menangkap orang-orang yang terlibat dalam protes damai ini, ada orang lain yang terlibat dalam kekerasan dan perilaku Kriminal”, ujarnya.
BACA JUGA:
Adanya Peringatan ini terjadi ketika Washington DC meningkatkan langkah-langkah keamanan di tengah kekhawatiran akan kekerasan lanjutan. Secara khusus, detasemen besar pasukan Garda Nasional dikirim ke Capitol selama pemungutan suara DPR AS untuk mendakwa Trump kedua kalinya.
Awal pekan ini, Trump menyetujui deklarasi darurat untuk ibu kota AS, yang akan berlaku hingga 24 Januari.
Kekhawatiran mengenai potensi kekerasan menjelang pelantikan Biden muncul setelah laporan tentang peringatan FBI mengenai protes bersenjata yang direncanakan di semua 50 ibu kota negara bagian AS pada hari-hari sebelum 20 Januari. (ARN)