Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Tulisan direktur eksekutif Jaringan Moderat Islam (JMI), Islah Bahrawi mengatakan bahwa orang Afghanistan selalu membawa secarik kertas yang dikenal dengan “Catatan Saku” – kertas itu berisi nama, golongan darah dan nomor telpon saudara terdekat. Di Afghanistan, setiap jengkal tanah adalah wilayah pertempuran, rentetan senapan dan bom bisa meledak dimanapun, termasuk di rumah ibadah. “Afghanistan adalah tempat dimana malaikat maut tak boleh pergi,” kata Rafi Bakhtiar, seorang pekerja kantoran. Semua orang pasrah, ketika teroris itu bisa berwujud apa saja.
“Catatan Saku” itu adalah gambaran bagaimana rakyat Afghanistan siap dengan segala kemungkinan. Keterangan golongan darah adalah kesiapan mereka jika suatu saat mereka harus bersimbah darah dan memerlukan donor. Nama dan nomor telpon adalah kecemasan mereka jika badannya harus tercabik-cabik oleh bom – setidaknya masih ada yang mengenalnya.
BACA JUGA:
- Viral: Beredar Foto Tentara Australia Minum Bir dari Kaki Palsu Militan Taliban yang Dibunuh
- Dua Skenario Trump: Afghanistan dan Iran
Afghanistan adalah dunia nyata yang ketika mendengarnya, terbersit sekelompok laki-laki bertopi khusus, memegang AK-47 dan perempuan dengan Burqa – jubah tertutup dengan jaring “jendela” pada bagian matanya. Tapi tidak semuanya begitu. Di Kabul misalnya, masih menyisakan peradaban lama sebelum kelompok radikal Taliban dan kaum fanatik merajalela – perempuannya berhijab atau berkerudung sekedar menutup rambut dan kaum lelakinya berjas dengan laptop yang digendong.

Malaikat Maut Mengintai Afghanistan
Afghanistan pernah mengalami kehidupan seperti kita saat ini, jauh sebelum radikalisme dan terorisme menyeret negara itu ke dalam kecemasan dan retak-retak sosial. Sebelum Al-Qaeda dan Taliban merubah arah sejarah bangsa itu. Kemudian, kehidupan di sana selalu berjalan bukan karena kesengajaan, tapi kebetulan.
Orang Afghan lengah dan lemah ketika kelompok radikal masih hidup di perbukitan dan daerah miskin. Setelah menguat kelompok itu turun ke kota, mematikan kaum menengah dan akhirnya seluruh negara dikendalikan. Sekarang semua sudah terlambat, Afghanistan terpuruk. Orang Afghan hanya menerima nasib, jika tak terbunuh hari ini mungkin besok – demikian seterusnya.
Ironisnya, seorang politisi berniat mengundang Taliban ke negara kita yang entah apa maksudnya. Di saat tingkah kaum “Taliban KW” di negara ini sudah membuat banyak orang was-was dan cemas. (ARN)
Sumber: Akun Instagram Islah Bahrawi
