Amerika, ARRAHMAHNEWS.COM – Pasca penyerbuan ke gedung Capitol, banyak pejabat militer dan mantan penegak hukum dilaporkan bergabung dengan massa, hingga memicu spekulasi bahwa pengunjuk rasa mendapatkan dukungan dari dalam.
Pejabat pertahanan Amerika Serikat mengkhawatirkan tentang potensi serangan orang dalam atau ancaman dari anggota penegak hukum yang terlibat dalam pengamanan pelantikan Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari, Associated Press melaporkan pada hari Minggu.
BACA JUGA:
- Jelang Pelantikan Biden, Pembelian Senjata Api Seperti Kacang Goreng
- Merasa Ditinggalkan, Pendukung Sebut Trump Pengkhianat dan Pengecut
Pentagon mendesak FBI untuk memeriksa 25.000 pasukan Garda Nasional yang ditempatkan di Washington, DC, karena bisa saja di antara mereka ada yang terlibat dalam memberikan dukungan kepada massa.
Sekretaris Angkatan Darat Ryan McCarthy mengatakan kepada AP, “para pejabat menyadari kemungkinan ancaman dari dalam, dan memperingatkan para komandan untuk mewaspadai masalah apapun dalam barisan mereka menjelang pelantikan Presiden Terpilih AS, Joe Biden”.
BACA JUGA:
- AS Mencekam Jelang Pelantikan Biden, FBI Minta Polisi Siaga Tinggi
- New York Batalkan Semua Kontrak dengan Perusahaan Trump
Pejabat pertahanan AS mengatakan mereka telah melakukan pemeriksaan tetapi sejauh ini belum mengindentifikasi ancaman apapun.
Washington masih berstatus siaga tinggi sejak serangan ke Capitol. FBI dilaporkan telah memantau mobilisasi massa secara online oleh para pendukung Trump untuk berkumpul di seluruh pusat kota negara bagian. Pihak berwenang di seluruh 50 negara bagian telah diberitahu potensi aksi brutal dan kekerasan. (ARN)