Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Toleransi keberagaman masyarakat menjadi keniscayaan di Indonesia yang majemuk dan terdiri dari berabagai macam suku bangsa. Toleransi adalah sifat atau sikap toleran manusia untuk saling menghormati dan menghargai, baik antar individu maupun antar kelompok di masyarakat.
Pada hari Kamis (25/2/2021) Setara Intitute mengumumkan 10 kota dari total 94 kota dengan tingkat toleransi tinggi di Indonesia.
Sepuluh kota toleransi paling tinggi versi Setara Intitute, adalah kota Salatiga dengan skor (6.717), kota Singkawang (6.450), Manado (6.200), Tomohon (6.183), Kupang (6.183) dan Surabaya (6.003). Selanjutnya, Kota Ambon (5.733), Kediri (5.583), Sukabumi (5.546) dan Kota Bekasi (5.530).
Baca:
- Setahun Dihantam Corona, Jokowi: Kita Harus Bangkit dengan Optimis dan Kerja Keras
- Komitmen Jokowi Gebuk Teroris Khilafah dan Intoleran yang Bahayakan Pancasila
Irjen Kemendagri, Tumpang Haposan Simanjuntak, mengapresiasi 10 wali kota yang berhasil menjaga toleransi di kota mereka pimpin.
“Penghargaan bidang administrasi pembangunan keuangan daerah sudah biasa, tetapi penghargaan dari Setara institut sebagai lembaga independen, sangat mumpuni karena melalui pendekatan ilmiah,” katanya, seperti dikutip dari ANTARA, Kamis.
Ia melanjutkan, keberhasilan sepuluh wali kota di Indonesia dalam menjaga toleransi di daerah, bisa menjadi rujukan bagi daerah lain. Utamanya dalam mendukung konsep toleransi dalam tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Sepuluh wali kota ini telah memimpin kota dengan baik dan mendapat penghargaan dari Setara Institute yang merupakan lembaga independen dengan memakai sejumlah variabel atau data,” urainya.
Sebelumnya, Setara Institute melakukan penelitian menggunakan sejumlah variabel sistemik di kota yang mempengaruhi perilaku sosial antaridentitas dan entitas warga kota yang meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah kota, tindakan aparatur pemerintah kota, perilaku entitas warga dengan warga, pemerintah dengan warga, dan relasi-relasi dalam heterogenitas demografi warga kota.
Selain itu, pemilihan kota sebagai objek kajian, didasari pada komposisi penduduk di perkotaan lebih heterogen di banding kabupaten.
Bagaimana dengan Jakarta?
Dari tahun 2018 hingga sekarang, Jakarta mempertahankan predikat sebagai kota intoleran versi Setara Institute. Dari 94 kota yang dinilai Setara, DKI Jakarta berada di urutan 92, di atas Tanjung Balai dan Banda Aceh.
Baca: Muhammadiyah Dukung Polisi “Gebuk” Ormas Intoleran
DKI Jakarta memiliki masyarakat yang sangat heterogen. Di dalamnya berdiam berbagai suku, agama, ras atau etnis, bahasa, dan budaya.
Sebagai Ibu kota Negara, DKI seharusnya dapat menjadi etalase toleransi kehidupan antarmasyarakat. Namun, di lapangan masih banyak ditemui aksi-aksi intoleransi akibat kurangnya tindakan dari pemerintah untuk meredam.
Sebagai contoh konkrit yang banyak ditemui saat ini tentang ujaran kebencian dan persekusi. (ARN)