Suriah, ARRAHMAHNEWS.COM – Seorang analis politik menegaskan bahwa AS dan Israel berusaha mencegah kapal kargo dan kapal tanker minyak memasuki perairan Suriah. Ini adalah bagian dari pengepungan ekonomi dan pencegahan proses rekonstruksi setelah perang saudara berdarah di negara Arab itu.
Dalam wawancaranya dengan Press TV, Saleh Abu Izzah, seorang ahli senior dalam urusan Asia Barat, mengatakan bahwa AS menggunakan blokade ekonomi untuk mencapai apa yang gagal dicapai di medan perang.
Ia mengatakan AS telah memulai serangan regulernya terhadap Suriah sejak 2011. Dan kemudian, bersama dengan sekutunya, memberlakukan blokade kejam dan mengerikan terhadap pemerintah, sistem pemerintahan, dan rakyat Suriah dengan mengeluarkan Undang-Undang Caesar (Caesar Act) pada tahun 2020.
BACA JUGA:
- Teroris Serang Kapal Kargo Iran di Laut Mediterania
- Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Jika Bantuan untuk Lebanon-Suriah Dicegah
Abu Izzah menyebut pengepungan sebagai mekanisme yang digunakan oleh Washington, Riyadh, dan Tel Aviv untuk merusak Proses Perdamaian Astana. Proses Astana adalah sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Iran, Rusia, dan Turki guna menemukan penyelesaian politik atas krisis Suriah.

Kargo Iran
“Iran, Rusia, China, Otoritas Palestina, dan gerakan perlawanan mendukung pemerintah Suriah dalam perangnya melawan terorisme. Tetapi AS, Israel, Arab Saudi, Qatar, Turki, dan negara-negara Eropa berbaris melawan pemerintah Suriah dengan mendukung pihak teroris bersenjata,” tambahnya.
Dalam komentarnya pada hari Kamis, pejabat Suriah dan Rusia mengatakan Amerika Serikat terus menghalangi pemulihan stabilitas di negara itu melalui pengenaan sanksi ekonomi. Dengan alasan Washington menggunakan berbagai metode tekanan ekonomi dan politik pada badan dan organisasi internasional untuk menutup mata terhadap dampak dari Caesar Act. (ARN)
