Israel, ARRAHMAHNEWS.COM – Media Israel menyebut bahwa saat ini Badan-badan keamanan rezim pendudukan itu khawatir bahwa peristiwa bulan Januari di Gedung Capitol AS, yang diserbu oleh pendukung Donald Trump setelah pemilihan, bisa terjadi di Knesset. Badan-badan tersebut kini berlatih untuk menghindari skenario seperti itu.
Ketegangan semakin tinggi di Israel menjelang pemilu. Warga Israel akan pergi ke tempat-tempat pemungutan suara untuk keempat kalinya dalam dua tahun, pada hari ini, Selasa (23/03).
BACA JUGA:
- Puluhan Ribu Warga Israel Demo Tolak RUU Kekebalan Hukum bagi Netanyahu
- Ribuan Warga Israel Demo Tuntut Netanyahu Mundur
Pengawal Knesset dan badan keamanan bahkan mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka yang tidak senang dengan hasil pemungutan suara dapat mencoba menyerang badan legislatif Israel di Yerusalem Barat tersebut.
Channel 13 Israel melaporkan bahwa skenario yang menyerupai pengepungan Capitol, adalah salah satu dari beberapa persiapan dalam menangani pemilu oleh pasukan keamanan.
Pada 6 Januari, ratusan pendukung Donald Trump menyerbu gedung Capitol di Washington saat Kongres AS sedang bersidang untuk mengesahkan hasil pemilihan presiden yang menguntungkan saingannya, Joe Biden. Lima orang tewas dalam kerusuhan itu, termasuk seorang petugas polisi, dengan ratusan perusuh kemudian menghadapi tuntutan federal.
BACA JUGA:
- Takut Rudal Yaman, Israel Kerahkan Baterai Rudal Patriot
- Netanyahu Janjikan Penerbangan Langsung Israel-Saudi jika Menang Pemilu
Menurut laporan yang dikutip RT itu, sebuah ruangan khusus akan didirikan di dalam Knesset pada hari Selasa oleh polisi, badan keamanan Shin Bet dan kejaksaan negara untuk memantau aktivitas yang berpotensi kekerasan atau inflamasi.
Jajak pendapat tersebut memperkirakan bahwa Partai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang telah memimpin negara itu sejak 2009, Partai Likud, akan memenangkan pemilihan dengan 30 kursi di Knesset, mengalahkan saingan terdekat dengan sekitar 11 kursi.
Bagaimanapun, banyak orang di Israel tidak senang dengan Netanyahu, menuduhnya melakukan korupsi dan tindakan keras terhadap demokrasi. Unjuk rasa 20 Maret yang menuntut pengunduran diri cepat PM itu menyaksikan antara 20.000 dan 50.000 orang berkumpul di luar tembok Knesset untuk mengirim pesan itu ke Netanyahu. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
