Venezuela, ARRAHMAHNEWS.COM – Venezuela mengecam Facebook setelah membekukan akun Presiden Nicolas Maduro selama sebulan, menyebut platform media sosial itu melakukan “totaliterisme digital”.
Pada hari Sabtu, raksasa media sosial itu mengatakan kepada Reuters bahwa Maduro telah melanggar kebijakannya dengan menyebarkan informasi yang salah setelah mempromosikan pengobatan, yang menurutnya dapat menyembuhkan penyakit Covid-19.
BACA JUGA:
- Maduro: Venezuela akan Terus Kerjasama dengan Iran, Rusia dan China
- Sanksi Bodoh AS ke Venezuela, Maduro: Pompeo Idiot
Facebook mengatakan pihaknya juga telah menghapus video di mana Maduro mempromosikan Carvativir, obat homeopati yang diekstrak dari thyme, yang disebutnya sebagai obat “ajaib” yang menetralkan virus corona tanpa efek samping.

Facebook Blokir Akun Nicolas Maduro
Perusahaan tersebut mengklaim mengikuti arahan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa saat ini tidak ada obat yang dapat menyembuhkan virus tersebut.
“Karena pelanggaran berulang terhadap aturan kami, kami juga membekukan laman tersebut selama 30 hari, selama itu laman akan menjadi “hanya-baca”.
Menanggapi langkah tersebut, Kementerian Informasi Venezuela mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (28/03) Facebook menargetkan “Konten yang diarahkan untuk memerangi pandemi”.
“Kita menyaksikan totaliterisme digital yang dilakukan oleh perusahaan supranasional yang ingin memaksakan hukum mereka atas negara-negara dunia,” kata kementerian itu.
BACA JUGA:
- Iran, Venezuela Sama-sama Lawan Hegemoni dan Sanksi Kejam AS
- Pemilu AS Kacau, Maduro: Jangan Sok Ajari Dunia soal Demokrasi
Kementerian juga menggambarkan bahwa Carvativir (obat yang menjadi alasan pemblokiran Facebook) sebagai retroviral dari “produksi dan rekayasa nasional”.
Dalam sebuah postingan di halaman twitternya menyusul langkah Facebook, Maduro mengatakan bahwa ia akan menyiarkan briefing virus korona hariannya di akun Facebook Ibu Negara, Venezuela Cilia Flores.
Venezuela yang terkena sanksi AS yang melumpuhkan, sejauh ini melaporkan lebih dari 155.663 kasus COVID-19 dan 1.555 kematian.
Pakar kesehatan telah memperingatkan bahwa sistem perawatan kesehatan negara tetap rentan terhadap pandemi karena embargo Amerika.
Venezuela melanjutkan perang melawan COVID-19 dengan bantuan teman asing seperti China, Rusia, dan Iran. Para pejabat mengatakan pertarungan ini membuktikan revolusi sosialis negara itu akan terus berlanjut meskipun ada sanksi brutal AS yang ditujukan untuk menghambatnya.
Washington telah melakukan beberapa upaya yang gagal untuk menjatuhkan pemerintah di Caracas, yang terakhir adalah kudeta yang dipimpin oleh Juan Guaido, seorang tokoh oposisi dukungan AS yang tiba-tiba menyatakan dirinya sebagai “presiden” dan mencoba membuat Angkatan Bersenjata negara itu melawan Maduro namun sia-sia. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
