Bahrain, ARRAHMAHNEWS.COM – Situs Al-Wefaq National Islamic Society pada Hari Selasa (06/04) mengumumkan kematian seorang tahanan politik Bahrain Abbas Malallah. Kematian dengan dugaan penyiksaan dan kondisi mengerikan di penjara ini menambah panjang daftar pelanggaran HAM Kerajaan Al-Khalifa terhadap para tahanan.
“Atas nama Masyarakat Islam Nasional Al-Wefaq, Saya turut berbela sungkawa dan simpati kepada rakyat Bahrain dan keluarga Malallah atas Kesyahidan tawanan hati nurani, Abbas Malallah,” bunyi postingan di akun media sosial Al-Wefaq. Menambahkan doa bagi Malallah serta keluarga korban agar dikaruniai kesabaran dan kekuatan.
تتقدم جمعية الوفاق الوطني الإسلامية
بخالص العزاء والمواساة لشعب البحرين ولعائلة مال الله
باستشهاد معتقل الرأي الشهيد عباس مال الله
وتسأل الله له الرحمة و المغفرة ولعائلة الشهيد الصبر والسلوان#أنقذوا_سجناء_البحرين #الوفاق #البحرين #Bahrain pic.twitter.com/PqG2EX3TRo
— Alwefaq Society (@ALWEFAQ) April 6, 2021
BACA JUGA:
- Dianiaya di Penjara, Lebih dari 600 Tahanan Bahrain Mogok Makan
- HRW Kecam Bahrain karena Tak Beri Perawatan Medis untuk Tahanan Politik
Dua pekan lalu, 14 anggota Parlemen Inggris meminta Menteri Luar Negeri Dominic Raab untuk menekan pemerintah Bahrain untuk membebaskan para tahanan politik sepuluh tahun setelah penangkapan mereka, mengkritik dukungan berkelanjutan pemerintah Inggris untuk rezim Bahraini.
Sebuah desakan yang dikirim oleh Anggota Parlemen dari partai Buruh Zarah Sultana itu menyatakan: “Sebagai tindak lanjut dari surat saya yang saya kirimkan pada tanggal 22 Februari, bertepatan dengan peringatan sepuluh tahun penangkapan para pemimpin dan aktivis revolusi di Bahrain menyusul partisipasi mereka dalam demonstrasi pro- demokrasi, kami sekali lagi menyampaikan kepada Anda masalah penindasan demokrasi dan pemimpin oposisi di Bahrain.”
Sementara itu, Ulama paling terkemuka Bahrain Ayatollah Sheikh Isa Qassim pada Hari Senin (05/04) menyatakan keprihatinan atas situasi mengkhawatirkan perawatan kesehatan di penjara dan pusat-pusat tahanan negara itu. Ia memperbarui seruan untuk segera membebaskan narapidana politik sehubungan dengan pandemi virus korona yang mematikan.
BACA JUGA:
- Anggota Parlemen UE Desak Bahrain Tegakkan HAM
- Organisasi HAM Ungkap Pelecehan Sistemik atas Tahanan Wanita di Bahrain
Sheikh Qassim, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Senin meminta pengunjuk rasa Bahrain menuntut kebebasan tokoh oposisi yang dipenjara untuk melanjutkan demonstrasi mereka.
“Tunjukkan pada dunia bagaimana orang-orang yang tertindas membela hak-hak mereka dan tidak pernah berkompromi atas hal itu. Pada saat yang sama, mereka tidak membiarkan amarah dan emosi menjauhkan mereka dari menjalankan norma-norma agama dan kebijaksanaan mereka,” ucap ulama senior itu.
Sebelumnya pada 1 April, Sheikh Qassim telah memperingatkan bahwa para pembangkang politik di penjara Bahrain terancam kematian dan menuntut pembebasan mereka dengan segera.
Segera setelah seruan itu, demonstran turun ke jalan-jalan menuntut pemerintah melepaskan para tahanan politik. Akun dari Al-Wefaq National Islamic Society of Bahrain memposting foto dan video protes di Twitter.
“Warga membentuk rantai manusia di daerah Sanabis di provinsi Manama, ibu kota Bahrain, untuk pembebasan tahanan,” lapor Al-Wefaq.
BACA JUGA:
- Kelompok HAM: Rezim Al-Khalifa Bahrain Tangkap Lebih dari 5000 Aktivis
- Israel Punya Kedutaan Rahasia di Bahrain selama 11 Tahun
Dalam postingan lain Al-Wefaq juga mencuit, “Al-Wefaq menyatakan bahwa jumlah narapidana yang terinfeksi virus corona baru di Bahrain telah meningkat sejauh ini menjadi 71 narapidana”.
Para peserta aksi unjuk rasa ini menganggap raja Bahrain, Raja Hamad bin Isa Al Khalifah, bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan para narapidana yang ditahan di balik jeruji besi di penjara yang penuh sesak.
Para pengunjuk rasa mengatakan wabah virus korona telah memperburuk situasi para narapidana beberapa di antaranya telah kehilangan nyawa karena penyakit pernapasan yang sangat menular itu. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
