arrahmahnews

PBB: UEA Belum juga Beri Bukti Putri Latifa masih Hidup

Uni Emirat Arab, ARRAHMAHNEWS.COM – Seorang juru bicara kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) sejauh ini gagal memberikan bukti keberadaan Putri Latifa, putri penguasa Dubai dan perdana menteri UEA yang telah ditahan sejak ia mencoba melarikan diri dari negara asalnya.

Kantor HAM PBB menuntut UEA memberi bukti Latifa masih hidup pada 18 Februari. Ini dua hari setelah program berita Panorama BBC menyiarkan video yang menunjukkan sang putri mengatakan bahwa ia ditahan di sebuah vila yang dibarikade.

Putri Emirat itu mengatakan bahwa ia membuat video di kamar mandi vila, satu-satunya ruangan tempat ia bisa mengunci diri. “Saya hanya ingin bebas,” katanya.

Teman-teman sang putri mengatakan mereka prihatin akan keselamatannya karena kabarnya belum terdengar sejak ia berhenti menanggapi pesan teks musim panas lalu.

BACA JUGA:

Bulan lalu, UEA mengatakan Latifa dirawat di rumah oleh keluarga dan profesional medis. Tetapi UEA belum memberikan bukti apa pun bahwa ia masih hidup.

“Kami belum mendapatkan bukti kehidupan apa pun, dan kami ingin satu, satu bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa ia masih hidup. Perhatian pertama kami tentu saja untuk memastikan itu, bahwa ia masih hidup,” kata juru bicara hak asasi manusia PBB Marta Hurtado dalam sebuah penjelasan di Jenewa pada hari Jumat (09/04).

Putri Latifa pertama kali menarik perhatian internasional pada tahun 2018, ketika ia mengumumkan dalam sebuah video bahwa ia melarikan diri dari UEA karena penganiayaan dan pembatasan yang diberlakukan oleh keluarganya.

Namun, sumber yang dekat dengan pemerintah Dubai mengatakan pada 17 April tahun itu bahwa putri yang melarikan diri itu telah “dibawa kembali” pulang.

BACA JUGA:

Pada Maret 2020, pengadilan di London mengonfirmasi pernyataan yang dibuat oleh mantan istri penguasa Dubai, Putri Haya, dalam sengketa hukum, termasuk bahwa penguasa itu telah memerintahkan penculikan Latifa.

Hurtado mengatakan para pejabat senior PBB telah meminta pertemuan dengan duta besar Emirat di Jenewa tentang Latifa, yang pada prinsipnya telah disepakati.

Ia lebih lanjut mengatakan bahwa mereka juga berencana untuk mengangkat kasus kakak perempuannya, Shamsa.

Pada Agustus 2000, dan sekitar dua bulan setelah melarikan diri dari Longcross Estate ayahnya di Surrey selama liburan tahunan keluarga di Inggris, Shamsa, yang sekarang hampir berusia 39 tahun, secara paksa dibawa dari Cambridge dan diterbangkan dengan helikopter ke Prancis dan kemudian dengan jet pribadi kembali ke Dubai, dan ia tidak pernah terlihat di depan umum sejak itu.

Februari lalu, BBC juga melaporkan bahwa Putri Latifa telah mendesak polisi Inggris dalam sebuah surat untuk menyelidiki ulang dugaan penculikan kakak perempuannya. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca