Tel Aviv, ARRAHMAHNEWS.COMĀ – Iran akan menyerang balik dari serangan manapun. Fasilitas nuklir Natanz yang dilaporkan telah menghentikan pengayaan setelah aksi sabotase, terus memproduksi uranium yang diperkaya, dengan kapasitas tiga kali lipat dari sebelumnya.
Pengumuman Iran tentang produksi uranium yang diperkaya hingga 60% terdengar “Israel”. Ada diskusi yang mengungkapkan keprihatinan besar tentang kecepatan ilmuwan Iran dalam mencapai tingkat pengayaan yang tinggi, yang berarti mempersingkat waktu produksi bom nuklir, menurut Israel.
BACA JUGA:
- Iran Genjot Pengayaan Uranium di Natanz Hingga 60 Persen
- Intelijen AS: Insiden āNatanzā Hambat Pengayaan Uranium
Israel mengalami konflik politik internal yang sulit, dan perdebatan sengit menyaksikan eksploitasi Netanyahu atas file Iran untuk kepentingan internal dan pribadi. Israel berada dalam dilema strategis, karena semua upayanya untuk menyerang program nuklir Iran, gagal total.
Selain itu, peringatan serius dari dalam “Israel” tentang bahaya perang laut dengan Iran, sebagaimana para ahli militer Israel menegaskan bahwa itu adalah perang yang berbahaya dan hampir dipastikan “Israel” kalah.
Suara angin itu juga sampai di Washington, ketika surat kabar Amerika berbicara tentang kerangka kerja baru untuk negosiasi yang mungkin digunakan oleh Iran.
Judulnya bukanlah perjanjian lama, melainkan tingkat pengayaan yang tinggi yang dicapai. Meskipun media Amerika tidak yakin dengan pilihan Iran, mereka yakin bahwa pemerintahan Biden bersedia untuk kembali ke kesepakatan dengannya.
BACA JUGA:
- Ayatullah Khamenei: Iran Bisa Perkaya Uranium Hingga 60 Persen
- Iran Sanggup Perkaya Uranium Hingga 90 Persen
Wall Street Journal bertanya-tanya apakah penargetan Natanz merupakan insentif bagi Iran untuk mulai memperkaya pada tingkat 60%, dan jika dengan pengumuman keputusannya untuk segera memasang seribu sentrifugal generasi pertama, apakah Teheran telah bergerak untuk merundingkan tahap pengayaan dan bukan program nuklir?.
Surat kabar itu menunjukkan bahwa pengungkapan Iran atas produksi logam uranium dalam jumlah kecil, yang digunakan dalam pembuatan senjata nuklir, menunjukkan niatnya untuk tetap membuka opsi dan menghentikan produksi sebagai alat tawar-menawar.
Presiden AS Joe Biden tampaknya berniat memulihkan kesepakatan nuklir dengan Iran, karena ketua negosiatornya, Robert Malley, telah mulai menyusun peta jalan tentang bagaimana mengamankan ini, menurut majalah Foreign Policy. (ARN)
Sumber: Al-Mayadeen
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
