Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM– Pegiat medsos Eko Kuntadhi menjelaskan bagaimana Walikota Serang yang saat ini puyeng menghadapi kasus gratifikasi, Walkot Serang menutupinya dengan cara yang tidak elegan yaitu mengeluarkan Perda yang tidak jelas.
Menurut Eko, di Serang, satpol PP melakukan OTT di warung makan. Dua orang sedang makan siang ditangkap tangan. Barang bukti disita: sepotong tempe bekas gigitan, sisa kerupuk, sayur asem dengan bongkol jagung, setengah gelas es teh manis dan sendok sayur.
Razia Warung Makan di Serang
Bukan hanya itu. Petugas yang gagah perkasa itu menyita juga rice cooker warna merah. Sebagai barang bukti bahwa pemilik warung telah melakukan kesalahan besar: menanak nasi di siang hari.
BACA JUGA:
- Setara Sebut Jabar Paling Intoleransi dalam 12 Tahun Terakhir
- Eko Kuntadhi: Potret Kejam Perda Syariah
Di Serang, menurut Perda No. 2/2010, semua warga wajib dijaga imannya. Ketika mereka puasa, mereka memaksa semua orang gak boleh makan. Gak boleh minum di siang hari.
Warung nasi harus tutup. Warung Indomie kudu bubar. Ngemut permen adalah dosa besar. Apalagi ngemut yang lain.
Inilah negeri kapling surga. Mereka yang puasa. Semua orang wajib kelaparan. Itulah Serang. Wilayah yang tetanggaan dengan akhirat.
Membuka warung makan di Serang pada siang hari saat puasa hukumannya lebih berat dari copet. Kurungan 3 bulan penjara atau denda Rp50 juta.
Walikota Serang, Syafruddin mungkin berharap mendapat pahala dengan mengerahkan Satpol PP mensweeping warung makan. Puasa harus dijaga kesuciannya dari nasi bungkus dan es teh manis.
BACA JUGA:
- LIPI: Medsos Ladang Intoleransi dan Radikalisme
- KPK Tetapkan Kakak Ipar Ridwan Kamil Jadi Tersangka Dugaan Suap
Ia sedang pusing sekarang. Khawatir pahalanya berkurang. Pasalnya ia harus bolak-balik diperiksa Kejaksaan Agung akibat kasus gratifikasi. Anaknya, Sandy Bela Sakti juga diperiksa dalam kasus yang sama.
Sepertinya bukan hanya kasus gratifikasi yang bikin Syafrudin puyeng. Ada kasus lain yaitu penyelewengan tanah Batok yang dilakukan saat ia masi menjabat jadi camat.
Nah, korupsi dan ngentit duit negara tentu dosa besar. Walikota ingin menutupinya dengan merazia rumah makan yang buka di siang hari.
Ia berharap dengan begitu Tuhan tersenyum padanya. Dan melupakan kasus gratifikasi dan tanah batok. Setidaknya, dia mengira Tuhan akan menyuruh malaikat menghapus kasus korupsi dari catatannya.
Inilah kota yang Walikotanya amat relejies. Kemana-mana pakai kopiah. Ia bukan hanya berpuasa untuk dirinya sendiri. Ia memaksa semua orang harus lapar dan haus. Jangan ada rumah makan yang buka.
Jika masih ada orang makan sembunyi-sembunyi di siang hari. Ia akan menghukumnya dengan keras. Baginya, mungkin gratifikasi tidak ada larangannya dalam agama. Tapi buka warung di saat Ramadhan adalah haram kelas berat.
BACA JUGA:
- Hasil Kesepakatan Seminar di Bogor: Usir kelompok Intoleran dan Radikal yang Tak Akui Pancasila
- Video Detik-detik Polisi Tangkap Pelaku Pemukulan Perawat RS Siloam
Ibu pemilik warung sedih rice cookernya disita. Pelanggan yang sedang makan juga sedih, tempe sepotong yang belum habis ikut disita. Apalagi mereka terancam hukuman berat.
Sementara Walikota Serang gak peduli. Rice cooker adalah bukti kesesatan warga. Meski rice cooker itu dibeli dari keringat si ibu pedagang warung. Bukan hasil gratifikasi.
Di Serang, surga berjarak sekitar 3 kilometer lagi. Gak jauh. Naik angkot hanya Rp2500. Naik Gojek paling ongkosnya cuma Rp15 ribu. Kalau jalan kaki, gempor juga sih.
Karena surga begitu dekat, Walikota harus memastikan semua warganya kelaparan saat Ramadhan. Mereka dilarang makan dan minum.
“Mas, kalau gratifikasi gak akan membuat orang kenyang kan?”, tanya Abu Kumkum.
Biasanya malah tambah lapar Kum. Atau ketagihan. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
Sebar:
