Irak, ARRAHMAHNEWS.COM – Muhammad Qassem Musleh, putra komandan operasi Anbar barat di Pasukan Mobilisasi Populer (Hashd Al-Shaabi), Qassem Musleh, menggambarkan apa yang terjadi pada ayahnya sebagai penculikan dan bukan penangkapan.
Dalam wawancara dengan Al-Mayadeen, Musleh mengatakan bahwa operasi tersebut direncanakan selama beberapa hari, mengisyaratkan bahwa ia telah menolak untuk berkomunikasi dengan seorang perwira intelijen.
BACA JUGA:
- Bau Busuk CIA Penyebab Kudeta dan Perang Saudara di Irak
- Keamanan Irak Gagalkan Serangan Bom di Sumur Minyak Kirkuk
Musleh menjelaskan pasukan intelijen berada di wilayah Al-Durah, selatan Baghdad, menunggu ayahnya, yang mengendarai mobil sipil milik PMF, ditemani oleh putranya yang lain, Ahmed dan seorang pengemudi, ketika penyerangan.
Dilaporkan pada hari Rabu, Komandan Unit Mobilisasi Populer (PMU) atau Hashd Shabi di provinsi barat Al Anbar Qassem Mosleh diculik oleh angkatan bersenjata Irak.
Sekretaris Jenderal gerakan “Asa’ib Ahl al-Haq”, Qais Khazali, mengutuk penangkapan pemimpin Operasi Anbar di Pasukan Mobilisasi Populer, Qasim Musleh.
Sebuah sumber pemerintah mengatakan kepada Al-Mayadeen bahwa “komite gabungan lembaga keamanan dan militer telah dibentuk untuk menyelidiki kasus penahanan Qassem Mahmoud Musleh”. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
