Palestina, ARRAHMAHNEWS.COM – Perdana Menteri Otoritas Palestina, Muhammad Shatayyeh, menginstruksikan Menteri Kesehatan, Mai Keileh, untuk membatalkan kesepakatan pertukaran dosis vaksin Pfizer dengan negara pendudukan setelah hal itu memicu kemarahan di antara warga Palestina.
Selama konferensi pers, juru bicara pemerintah, Ibrahim Melhem, mengatakan Kementerian Kesehatan memeriksa dosis vaksin dan menemukan bahwa mereka telah kedaluwarsa Juni ini, yang berarti melanggar kesepakatan, yang dicapai antara PA dan ‘Israel’, dan dimediasi oleh perusahaan Pfizer.
BACA JUGA:
- ‘Terorisme Medis’ AS Halangi Upaya Vaksinasi COVID-19 Global
- Hamas: Blokir Vaksin, Israel Langgar Hukum Internasional dan Kemanusiaan
Menteri Kesehatan, Mai Keileh, sebagaimana dikutip QNN, mengatakan dalam konferensi pers mendesak di Ramallah kemarin, Jumat (18/06) bahwa kru khusus memeriksa dosis vaksin dan menemukan bahwa mereka tidak sesuai dengan spesifikasi dan metrik, dan itulah sebabnya pemerintah memutuskan untuk mengembalikannya.
Keileh menekankan bahwa kesepakatan itu dibuat dengan perusahaan Pfizer dan bahwa dosisnya bukan sumbangan dari negara pendudukan. Ia menambahkan bahwa dosis itu seharusnya berakhir pada Juli atau Agustus mendatang.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa mereka telah menerima tawaran dari perusahaan “Pfizer” untuk segera mendapatkan sekitar satu juta dosis dari pihak Israel, asalkan perusahaan tersebut pada akhir tahun ini akan memberikan jumlah yang sama kepada pihak Israel.
Laporan tentang transfer hingga 1,4 juta dosis vaksin Pfizer -BioNTech Covid-19 yang akan segera kedaluwarsa ke Otoritas Palestina, telah memicu kemarahan di kalangan warga Palestina.
BACA JUGA:
- 140 Tahanan Palestina Terjangkit Covid-19 di Penjara Israel
- Virus Corona Masuk Penjara Israel, Tahanan Palestina Terancam Covid-19
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan pada hari Jumat bahwa pertukaran itu disetujui karena negara pendudukan itu memiliki persediaan vaksin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini.
Israel telah menghadapi kritik keras karena mereka telah menolak akses penduduk asli Palestina untuk mendapatkan vaksin.
Sekitar 55% orang Israel telah diberikan kedua dosis tersebut sebagai bagian dari kampanye vaksinasi massal setelah negara pendudukan memperoleh jutaan dosis vaksin Pfizer-BioNTech.
Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan hanya 1% warga Palestina di Tepi Barat yang telah menerima vaksinasi. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
