Arab Saudi, ARRAHMAHNEWS.COM – Laporan baru dari Saudi kembali muncul mengenai pengurangan kepemilikan saham atas aset-aset besar yang dikelola negara.
Divestasi saham ini terjadi dikarenakan kesulitan yang dialami kerajaan menghadapi pertumbuhan ekonomi negatif yang disebabkan oleh anjloknya pendapatan minyak mentah dan mahalnya agresi ke Yaman.
BACA JUGA:
- Putra Mahkota Saudi Akui Berusaha Jual Saham Aramco ke Perusahaan Asing
- Saham Saudi Terjun Bebas Pasca Serangan Drone Yaman ke Aramco
Sebuah laporan Hari Selasa oleh Reuters menyebut bahwa dana kekayaan kedaulatan Saudi (PIF) berencana untuk menjual sahamnya di Saudi Telecom demi berusaha untuk menarik lebih banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu kerajaan bergulat dengan kesengsaraan ekonomi.
Laporan itu mengatakan bahwa PIF Saudi telah menyewa bank besar Amerika dan bank Arab Saudi untuk mengatur pencatatan saham perusahaan telekomunikasi itu di pasar saham mereka. PIF memegang sekitar 70% saham di Saudi Telecom, sebuah perusahaan yang bernilai 50 miliar dolar.
Itu terjadi empat hari setelah sebuah laporan menunjukkan bahwa perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco telah menjual 49% dari bisnis pipanya seharga 12,4 miliar dolar kepada konsorsium perusahaan Amerika, Emirat, China, dan Korea Selatan.
Divestasi saham di bisnis-bisnis besar yang dikelola negara di Arab Saudi terjadi disaat kerajaan berjuang untuk keluar dari periode panjang resesi ekonomi yang disebabkan oleh pendapatan minyak yang rendah.
BACA JUGA:
- BANGKRUT! Arab Saudi Jual Saham Aramco Hingga 49 Persen
- Arab Saudi Jual Saham Besar-besaran di Eropa Akibat Bengkaknya Biaya Perang di Yaman
Pengekspor minyak terbesar dunia itu telah menderita akibat kelebihan pasokan global yang diperburuk oleh pandemi virus corona selama setahun terakhir yang mempengaruhi harga minyak mentah.
Produk domestik bruto (PDB) negara itu menyusut lagi 3% lagi pada kuartal pertama tahun ini sementara PDB sektor minyak terguncang 11,7% selama periode yang sama.
Riyadh juga telah berjuang untuk mempertahankan agresi militernya yang mahal di Yaman. Agresi untuk memerangi pemerintahan rakyat di ibu kota Sana’a sejak 2015 itu telah menguras kas kerajaan.
Kesengsaraan keuangan Arab Saudi telah memberikan pukulan besar bagi aspirasi Putra Mahkota muda Mohammed Bin Salman untuk mendiversifikasi ekonomi dari minyak mentah.
Perkiraan menunjukkan bahwa sumber daya PIF telah menyusut dari lebih dari 700 miliar dolar pada tahun 2014 menjadi sekitar 400 miliar dolar bulan ini. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
