Amerika

Analis: AS Anggap Hashd Al-Shaabi Ancaman Terbesar Kepentingannya di Irak

“Tidak ada keraguan bahwa Amerika Serikat menganggap Hashd al-Sha’abi (PMU) dan dasar pembentukannya sebagai ancaman besar bagi kehadiran mereka di Irak,”

Irak, ARRAHMAHNEWS.COM – Seorang peneliti politik dan ahli hukum percaya bahwa Amerika Serikat menganggap Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak sebagai duri bagi kepentingan mereka. Oleh karena itu, mereka mencoba untuk menyakiti kelompok anti-teror itu dengan segala macam cara.

“Tidak ada keraguan bahwa Amerika Serikat menganggap Hashd al-Sha’abi (PMU) dan dasar pembentukannya sebagai ancaman besar bagi kehadiran mereka di Irak,” kata Mehdi Abdelreza dalam sebuah wawancara dengan Press TV.

“Dan oleh karena itu, mereka mencoba untuk menghancurkan [PMU] … secara ideologis dalam berbagai cara dan menggambarkannya sebagai berafiliasi dengan Iran,” tambah Abdelreza.

Ia mengatakan bahwa Gedung Putih, bersama dengan sekutu Arab Teluk Persia dan Israel, mencoba untuk mendiskreditkan PMU sementara pada saat yang sama melakukan serangan militer terhadap kelompok perlawanan itu.

Pada dini hari Senin, militer AS melakukan serangan udara terhadap kelompok perlawanan Irak, termasuk markas Brigade ke-14 PMU, yang memicu serangan roket terhadap pangkalan ilegal Amerika di provinsi timur Suriah, Deir Ezzor.

BACA JUGA:

Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah melakukan banyak serangan terhadap pasukan PMU, yang telah memainkan peran utama dalam kekalahan ISIS/Daesh di Irak dan Suriah.

Serangan militer ilegal pertama Joe Biden sebagai presiden AS adalah melawan kelompok perlawanan Irak di perbatasan Irak-Suriah, hanya sebulan setelah kepresidenannya.

Pendahulunya, Donald Trump, juga melakukan provokasi militer yang paling sembrono dengan membunuh komandan anti-teror Iran, Letnan Jenderal Qassem Soleimani, bersama dengan wakil komandan PMU, Abu Mahdi al-Muhandis, setahun sebelumnya.

BACA JUGA:

Menurut Abdelreza, tujuan utama Washington adalah untuk mengamankan kehadiran mereka di Irak, di mana sentimen anti-Amerika mencapai puncak baru setiap saat. AS berupaya mengembalikan teroris Daesh, yang kehadirannya tidak akan membawa apa-apa selain ketidakstabilan ke negara Arab itu.

Tak perlu dikatakan, lanjutnya, bahwa “kehadiran pasukan Amerika juga merupakan penyebab ketidakstabilan dan kekacauan. Konsekuensi terbarunya adalah serangan terhadap Bendungan Haditha dan menara transmisi listrik.”

Ia menjelaskan bahwa kota perbatasan al-Qa’im adalah jalur termudah dan terdekat bagi pasukan Amerika untuk bergerak di antara pangkalan yang berbeda, termasuk Pangkalan Udara Ain al-Asad yang dikelola AS di provinsi Anbar, Irak.

BACA JUGA:

“Amerika terkadang menggunakan area ini untuk transfer logistik dan terkadang untuk transfer keluarga teroris,” kata Abdelreza.

Abdelreza menambahkan bahwa AS menganggap PMU sebagai penghambat pergerakannya di al-Qa’im, karena kekuatan perlawanan mengontrol pergerakan di daerah itu.

Analis itu juga mengatakan serangan Daesh terhadap fasilitas vital, termasuk serangan terbaru kelompok teroris terhadap pembangkit listrik di kota Samarra, dilakukan atas perintah Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mengobarkan perang ekonomi melawan negara Arab itu. Dimana hasilnya nanti adalah pemaksaan kegiatan perusahaan tertentu pada pemerintah Irak. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca