Amerika Serikat, ARRAHMAHNEWS.COM – Pentagon mengkonfirmasi bahwa beberapa mantan prajurit Kolombia yang ditangkap setelah pembunuhan presiden Haiti pekan lalu sebelumnya menerima pelatihan militer AS. Tentu saja pengumuman itu telah menimbulkan pertanyaan baru tentang hubungan Amerika Serikat dengan kematian Jovenel Moïse.
“Tinjauan database pelatihan kami menunjukkan bahwa sejumlah kecil individu Kolombia yang ditahan sebagai bagian dari penyelidikan ini, telah berpartisipasi dalam program pelatihan dan pendidikan militer AS di masa lalu saat menjabat sebagai anggota aktif Pasukan Militer Kolombia,” ujar Letnan Kolonel Ken Hoffman, seorang juru bicara Pentagon, dalam sebuah pernyataan kepada The Washington Post.
BACA JUGA:
- Presiden Haiti Ditembak Mati Kelompok Tak Dikenal di Kediamannya
- Rusia Kecam Kebungkaman AS soal Keterlibatan dalam Pembunuhan Presiden Haiti
Senator Patrick J. Leahy (D-Vt.), mengatakan episode itu adalah pengingat suram bahwa bantuan AS ke negara lain dapat berubah secara tak terduga.
Pejabat Kolombia awalnya mengatakan bahwa 13 dari 15 tersangka Kolombia dalam rencana pembunuhan 7 Juli pernah bertugas dalam militer negara itu, termasuk dua orang yang dibunuh oleh otoritas Haiti setelah Moïse ditembak mati di dalam rumahnya.
Pengungkapan bahwa beberapa tersangka pembunuhan menerima pelatihan AS, pasti akan memperkuat praduga tentang siasat AS untuk membunuh Moïse, dan siapa saja yang terlibat.
Dua warga AS keturunan Haiti termasuk di antara mereka yang telah ditangkap, dan pihak berwenang Haiti mengidentifikasi lima perusahaan yang terkait dengan kasus tersebut, termasuk CTU Security, yang berbasis di Florida. Polisi Kolombia juga mengidentifikasi 19 tiket pesawat yang dibeli dengan kartu kredit perusahaan yang terdaftar di Miami. Tiket tersebut digunakan oleh beberapa dari 21 tersangka Kolombia untuk melakukan perjalanan dari Bogotá, Kolombia, Santo Domingo, Republik Dominika.
BACA JUGA:
Christian Emmanuel Sanon, 63, seorang dokter dan pendeta Amerika yang sering bepergian antara Haiti dan Florida, ditangkap sehubungan dengan plot tersebut. Pihak berwenang mengklaim ia memposisikan dirinya untuk mencalonkan diri sebagai presiden di negara Karibia yang miskin itu. Ia dicurigai memiliki peran dalam mempekerjakan tersangka pembunuh. Tetapi mereka hanya memberikan sedikit bukti tentang dugaan keterlibatannya.
Hingga saat ini, pihak berwenang Haiti telah menangkap setidaknya 20 orang sehubungan dengan kematian Moïse. Rabu malam, para pejabat mengkonfirmasi bahwa mereka telah menahan kepala keamanan istana kepresidenan.
Pihak berwenang di Haiti sedang menyelidiki pembunuhan Moïse dengan bantuan dari FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan personel dari pemerintah Kolombia. (ARN)
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
