Filipina, ARRAHMAHNEWS.COM – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pada hari Senin (26/07) mengakui bahwa ia kesal setelah mengetahui bahwa banyak pejabat pemerintah terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang.
Dalam Pidato Kenegaraan (SONA) keenam dan terakhirnya, Duterte mengatakan bahwa ia berpikir mengekang perdagangan narkoba ilegal tidak akan berbeda dengan perang narkoba yang ia lakukan di kota kelahirannya di Davao City.
“Ketika saya pertama kali mengatakan saya akan memerangi narkoba dalam enam bulan, saya pikir itu seperti di Davao,” katanya sebagaimana dikutip Kantor Berita Filipina, PNA.
Namun, ia kemudian mengetahui bahwa perang narkoba pemerintahannya juga diikuti oleh “sembilan jenderal Kepolisian Nasional Filipina.”
Philippines President Rodrigo Duterte vows to renew his war on drugs policy that gave security forces the green light to kill suspected drug criminals pic.twitter.com/3KPqfGlFLz
— TRT World Now (@TRTWorldNow) July 26, 2021
BACA JUGA:
- Duterte Janjikan Kampanye Anti Narkoba Lebih Keras di Masa Depan
- Duterte: Rusia Sumbang 5000 Pucuk Senapan Kalashnikov ke Filipina
“Kaya ‘yan ang masakit sa loob ko (Inilah sebabnya saya kesal). Saya tidak tahu bahwa saya sedang melawan pemerintah saya sendiri. Bea Cukai dan semua orang memfasilitasi impor obat-obatan. Dan satu hal yang penting, seperti yang Anda lihat setiap malam di TV, polisi sekarang menyita hampir satu miliar narkoba setiap hari,” tambahnya.
Pada tahun 2016, Duterte mengidentifikasi lima pensiunan jenderal polisi (Marcelo Garbo, mantan walikota Daanbantayan Vicente Loot, Joel Pagdilao, Edgardo Tinio, dan Bernardo Diaz), sebagai pelindung perdagangan obat-obatan terlarang.
Selain jenderal polisi, katanya, sekitar seribu orang Filipina ditangkap setiap hari sehubungan dengan perdagangan narkoba.
“Itulah mengapa saya menjadi gila melihat situasinya. Mereka masih ada. Kita tidak memiliki laboratorium sekarang karena nawala na sila di itong naiwan ngayon (semuanya hilang dan ini yang tersisa) melakukan impor,” katanya.
BACA JUGA:
Duterte menyayangkan hingga saat ini masih mudahnya warga Filipina mengimpor narkoba dari negara lain.
“Begitulah perjuangan kita, hampir kalah perang melawan narkoba,” katanya.
Ia mengatakan, pemerintah masih memiliki “jalan panjang” dalam memerangi peredaran narkoba, tetapi memuji pencapaian yang telah dicapai sejauh ini.
“Kampanye pantang menyerah kita telah menyebabkan menyerahnya jutaan orang yang ketergantungan narkoba dan netralisasi, penangkapan, dan penuntutan ribuan pengedar narkoba. Pembubaran sindikat obat-obatan terlarang dan laboratorium obat. Perluasan pembebasan masyarakat dari ketergantungan obat sampai ke tingkat barangay, dan pemutusan politik narkotika,” katanya.
Sementara itu, Presiden juga menegaskan kembali peringatannya untuk menindak mereka yang terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang.
“Mereka yang menghancurkan negara saya, saya akan membunuh kalian. Dan mereka yang menghancurkan para pemuda di negara kita, saya akan membunuhmu. Talagang yayariin kita (saya akan mengejarmu) karena saya cinta negara saya,” katanya.
Data dari Kepolisian Nasional Filipina (PNP) menunjukkan bahwa total narkoba senilai PHP59,93 miliar telah disita sejak awal masa jabatan Duterte pada 2016.
Lebih dari 22.000 barangay (desa) juga telah dibersihkan dari obat-obatan terlarang. (ARN)
