Amerika

NYT: Amerika Kerahkan 2000 Pasukan ke Irak

Washington, ARRAHMAHNEWS.COM Amerika Serikat mengerahkan 2.000 pasukan ke Irak, meski ada pengumuman akan mengakhiri misinya di negara tersebut, New York Times melaporkan.

Prajurit dari Divisi Infanteri Keempat akan menggantikan Tim Tempur Brigade Infanteri ke 256 dari Garda Nasional Angkatan Darat Louisiana untuk periode sembilan bulan, dan akan menjadi pasukan utama Amerika di Irak, surat kabar itu melaporkan pada hari Senin.

BACA JUGA:

Menurut Gazette, outlet berita lokal Colorado, pasukan AS akan membantu dan memberi nasihat kepada pasukan keamanan Irak, memberikan pertahanan udara dan melatihnya.

Seorang juru bicara Pentagon mengatakan pengerahan unit itu adalah “bagian dari rotasi normal” untuk mendukung kelangsungan satuan tugas pimpinan AS yang dibentuk untuk memerangi kelompok teroris Daesh.

NYT: Amerika Kerahkan 2000 Pasukan ke Irak

Militer AS berangkat ke Irak

Pasukan tempur AS menarik diri dari Irak pada 2011 dalam kesepakatan antara pemerintah Irak dan pemerintahan mantan presiden AS Barack Obama. Amerika bagaimanapun, kembali sebagai bagian dari koalisi melawan Daesh.

Irak menyatakan kemenangan atas Daesh pada Desember 2017 setelah kampanye militer kontra-terorisme selama tiga tahun, yang juga mendapat dukungan dari negara tetangga Iran.

Pada tanggal 26 Juli, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi menandatangani perjanjian yang secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir tahun ini, lebih dari 18 tahun setelah pasukan AS dikirim ke negara itu.

Namun, di bawah perjanjian itu, pasukan militer AS akan terus beroperasi di Irak sebagai “peran penasehat.”

Sebuah pernyataan bersama Irak-AS yang dikeluarkan setelah pertemuan itu mengatakan hubungan “keamanan” akan difokuskan pada “pelatihan, pemberian nasihat, dan pembagian intelijen.”

Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan Gedung Putih, Biden mengatakan AS akan terus “melatih, membantu, dan menangani ISIS (Daesh),” ketika misi tempur berakhir.

AS saat ini memiliki sekitar 2.500 tentara di Irak. Tidak diketahui berapa banyak pasukan yang akan tinggal di negara itu setelah tahun 2021. Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan “jumlahnya akan disesuaikan pada apa yang dibutuhkan untuk misi dari waktu ke waktu.”

Sentimen anti-AS telah tumbuh di Irak sejak pembunuhan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Unit Mobilisasi Populer, bersama dengan komandan anti-teror Iran, Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad. (ARN)

IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: