Arab Saudi, ARRAHMAHNEWS.COM – Sumber hak asasi manusia mengungkapkan kecenderungan untuk membentuk komite investigasi internasional atas meningkatnya pembunuhan pekerja migran, terutama dari benua Afrika, di Arab Saudi.
Portal berita oposisi Saudi mengutip sumber hak asasi manusia yang mengatakan bahwa Organisasi Perburuhan Internasional memulai kontak intensif dengan tujuan memobilisasi dukungan untuk pembentukan komite investigasi dan menekan otoritas Saudi untuk bekerja sama dengannya.
BACA JUGA:
- Picu Kecurigaan! 89 Pekerja Kenya Meninggal “Gagal Jantung” di Arab Saudi
- Konfrontasi Jenin Bisa Berubah Jadi Eskalasi Besar di Tepi Barat
Menurut sumber itu, Organisasi Perburuhan Internasional menyoroti dengan sangat serius peningkatan keluhan negara-negara Afrika tentang meningkatnya jumlah kematian pekerja Afrika di Arab Saudi di tengah kasus eksploitasi dan pelecehan.
Ini terjadi ketika Kementerian Luar Negeri Kenya mengumumkan bahwa 89 warga negara Kenya, yang sebagian besar adalah pekerja rumah tangga, meninggal di Arab Saudi selama dua tahun terakhir.
Kementerian menyatakan ada kecurigaan bahwa kematian mereka tidak wajar, tetapi pihak berwenang Saudi memberi tahu rekan-rekannya di Kenya, bahwa sebagian besar kematian disebabkan oleh serangan jantung.
Menteri Luar Negeri Kenya Macharia Kamau mengatakan kepada Komite Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Sosial Parlemen, bahwa sejak 2019 telah terjadi peningkatan kematian yang “mencurigakan”, dan kami telah menerima peningkatan permintaan bantuan dari pekerja rumah tangga di Arab Saudi, dengan menekankan bahwa situasinya “mulai lepas kendali.”
BACA JUGA:
- Houthi Sebut Arab Saudi Bunuh 30 Ribu Pekerja Yaman
- Warbler Saudi Bongkar Peran Kejam dan Jahat Tangan Kanan MbS
Komite Parlemen telah mengetahui bahwa pada tahun 2019, tiga orang Kenya yang menjadi pekerja rumah tangga di Arab Saudi meninggal. Pada tahun 2020, jumlahnya melonjak menjadi 48 warga Kenya yang meninggal di Kerajaan, termasuk 29 pekerja rumah tangga pria dan wanita.
Tahun ini, 28 pekerja rumah tangga meninggal dari 41 kematian yang dilaporkan, dengan lebih dari 1.900 panggilan darurat direkam oleh warga Kenya di Arab Saudi.
Menteri Kenya menambahkan “Kami telah membandingkan kematian di Saudi dan negara lain, kami memiliki tiga kematian di Qatar, satu di Emirates, dua di Kuwait, sembilan di Oman, dan dua di Bahrain, sementara di Arab Saudi antara 40 sampai 50 kematian, tidak mungkin anak-anak muda ini semua mati karena mengalami serangan jantung.”
“Statistik membenarkan pengambilan langkah-langkah berani dan tegas untuk mengurangi penderitaan pekerja rumah tangga Kenya di Arab Saudi,” kata Macharia.
Pemerintah Kenya sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan perjalanan warganya ke Arab Saudi, untuk mengurangi peningkatan jumlah kematian di Kerajaan sebagai akibat dari potensi “kekerasan.” (ARN)
Sumber: FNA
IKUTI TELEGRAM ARRAHMAHNEWS
