Afrika

Jurnalis: Ada Jejak Amerika dalam Kudeta Militer di Sudan

Sudan, ARRAHMAHNEWS.COM Amerika Serikat menciptakan kebuntuan politik di Republik Sudan hingga menyebabkan kudeta militer, menurut jurnalis Afrika-Amerika Abayomi Azikiwe.

Azikiwe, editor di Pan-African News Wire, dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Selasa, memperingatkan bahwa tidak ada solusi untuk krisis Afrika selama negara-negara imperialis terus melakukan intervensi dalam urusan internal negara-negara ini.

BACA JUGA:

Amerika Serikat pada hari Senin menyatakan “kewaspadaan” atas kudeta di Sudan yang terjadi tak lama setelah utusan khusus Washington untuk Tanduk Afrika mendarat di negara itu.

Ada Tangan AS Dalam Kudeta Militer di Sudan

Kudeta Militer Sudan

Pemerintahan Biden mengklaim bahwa Utusan Khusus AS Jeffrey Feltman berada di Sudan untuk mendorong kerja sama antara para pemimpin sipil dan militer dari pemerintahan transisi Khartoum.

“AS sangat khawatir dengan laporan pengambilalihan militer atas pemerintah transisi. Ini akan bertentangan dengan Deklarasi Konstitusi dan aspirasi demokrasi rakyat Sudan, serta tidak dapat diterima,” kata Feltman, pada hari Senin.

“Seperti yang telah kami katakan berulang kali, setiap perubahan pada pemerintah transisi secara paksa membahayakan bantuan AS,” tambahnya.

“Meskipun Amerika Serikat mengklaim terkejut dan kecewa dengan perebutan kekuasaan militer di Republik Sudan, Washington yang telah menciptakan suasana politik untuk peristiwa ini,” kata Azikiwe.

BACA JUGA:

“Pemerintahan Presiden Donald Trump sebelumnya melihat pergeseran kebijakan dalam dan luar negeri Sudan sebagai pencapaian kebijakan luar negeri.

Trump menuntut agar Dewan Penguasa Transisi di bawah Jenderal al-Burhan dan Perdana Menteri sementara Abdallah Hamdok ‘menormalkan’ hubungan dengan Israel serta setuju untuk membayar ratusan juta dolar AS kepada para penyintas korban serangan teroris yang dilakukan beberapa tahun lalu pada tahun 1998 dan 2000. Mandat Washington ini telah menciptakan ketegangan dan perpecahan di dalam pemerintahan Transisi,” katanya.

“Selain itu, belum ada bantuan nyata, secara ekonomi atau sosial, untuk mengatasi kondisi mengerikan yang dihadapi mayoritas pekerja, pemuda, wanita dan profesional di Sudan. Presiden AS Joe Biden saat ini tidak mengubah kebijakan luar negeri Washington terhadap Sudan dan negara-negara Afrika lainnya dari apa yang ada di bawah Trump,” katanya.

“Fakta bahwa Jeffrey Feltman, Utusan AS untuk Tanduk Afrika, berada di Khartoum selama akhir pekan menimbulkan pertanyaan serius.

Apakah Departemen Luar Negeri AS mengetahui ancaman kudeta oleh militer? Gedung Putih mengatakan tidak menyadari ancaman kudeta militer, namun siapa pun yang mengamati peristiwa dalam beberapa pekan terakhir di Sudan, baik di dalam maupun di luar negeri, tahu ada ancaman yang dapat dipercaya dari pengambilalihan militer,” tambah analis itu.

AS berusaha untuk mempertahankan ‘dominasi di Tanduk Afrika’

“Biden perlu mengatur ulang Departemen Luar Negerinya sehubungan dengan Urusan Afrika. AS harus bergerak melampaui pola pikir imperialisnya yang berkomitmen untuk mempertahankan dominasi di Tanduk Afrika dan kawasan lain,” kata wartawan itu.

“Tidak ada solusi untuk krisis Afrika selama AS, Inggris, Prancis, dan negara-negara imperialis lainnya terus ikut campur dalam urusan internal negara-negara ini,” katanya.

“Monarki Arab Saudi dan UEA bertindak bersama dengan AS dan Israel untuk menghambat stabilitas politik dan pembangunan ekonomi di Afrika. Rakyat Afrika di Sudan harus bangkit dan mengendalikan nasib mereka yang bertentangan dengan tujuan kebijakan Washington, Tel Aviv dan sekutu mereka,” pungkasnya. (ARN)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: