Iran, ARRAHMAHNEWS.COM – Menteri luar negeri Iran mengatakan bahwa Amerika Serikat belum menunjukkan tekad serius untuk mendukung klaim mereka siap untuk kembali ke kesepakatan nuklir dengan Iran yang Washington di bawah mantan Presiden Donald Trump menarik diri pada 2018.
Dalam wawancara hari Minggu dengan surat kabar Iran Daily, Hossein Amir-Abdollahian merefleksikan upaya diplomatik yang diluncurkan untuk melanjutkan pembicaraan Wina, guna menghapus sanksi tidak sah Amerika Serikat terhadap Iran menyusul penarikan mereka dari kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
“Ketika saya berada di New York [untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB], saya menerima tuntutan [bagi Iran] untuk kembali ke pembicaraan Wina dan memulai kembali negosiasi dari titik yang telah dicapai para pihak, sebelum Iran berhenti mengambil bagian dalam pembicaraan itu, ” katanya.
BACA JUGA:
- Rusia Soal JCPOA: Permintaan Iran ke AS Logis
- Tegas! Iran Tolak Negosiasi Nuklir Dikaitkan dengan Kemampuan Pertahanan
“Saya memberi tahu tiga negara Eropa [penandatangan JCPOA], dan Josep Borrell (kepala kebijakan luar negeri UE) serta [Sekjen PBB António] Guterres bahwa … mungkin cara yang lebih sederhana adalah dengan menyetujui [untuk kembali ke pembicaraan] pada titik di mana Trump berhenti,” ujar Menteri luar negeri Iran menambahkan.
“Saya pribadi percaya bahwa jika ada keinginan serius Amerika untuk kembali ke JCPOA, semua pembicaraan ini tidak perlu dilakukan. Cukup bagi Presiden AS [Joe Biden] untuk mengeluarkan perintah eksekutif besok, dan mengumumkan bahwa mereka akan kembali ke titik di mana Trump meninggalkan [JCPOA]. Masalahnya, bagaimanapun, adalah bahwa kita memang mendengar dalam pesan mereka jika Amerika memiliki keinginan dan niat ini, tetapi kita tidak melihatnya dalam tindakan mereka,” kata Amir-Abdollahian.
Pernyataan itu muncul sehari setelah AS dan sekutu Eropanya mengatakan Iran perlu mengubah arah untuk “dengan cepat mencapai dan menerapkan pemahaman tentang kembali ke kepatuhan penuh” dengan JCPOA, dalam sambutan yang mengikuti pengumuman sanksi baru AS pada Republik Islam, yang menurut Iran, membuktikan bahwa AS “tidak dapat dipercaya sama sekali.” (ARN)
