Tehran, ARRAHMAHNEWS.COM – Wakil presiden (Wapres) Iran untuk urusan parlemen, Mohammad Hosseini, mengatakan bahwa Iran siap untuk melaksanakan proyek-proyek rekonstruksi di Suriah, dan menekankan bahwa perluasan hubungan dengan negara-negara regional dan tetangga, khususnya Suriah, tetap menjadi prioritas utama Republik Islam.
Dalam pertemuan dengan Duta Besar Suriah untuk Tehran Shafiq Dayoub pada hari Sabtu, Hosseini memuji Damaskus sebagai mitra strategis dan sekutu Iran.
BACA JUGA:
Dia juga menambahkan bahwa Tehran dan Damaskus telah menandatangani perjanjian di sektor politik dan ekonomi tetapi tidak dapat mengimplementasikannya karena beberapa alasan, termasuk pandemi COVID-19, tetapi menekankan bahwa pemerintah Iran saat ini akan melakukan upaya untuk mengimplementasikannya.
Awal bulan ini, Menteri Perindustrian Suriah Ziyad Sabbagh mengundang perusahaan-perusahaan Iran dan industri untuk berinvestasi dalam proses rekonstruksi dan pemulihan negara Arab dari kampanye militansi yang disponsori Barat.
Menteri Suriah meminta perusahaan-perusahaan Iran untuk “memiliki kemitraan dan kerja sama dengan sektor publik dan swasta di Republik Arab Suriah, serta menggunakan manfaat yang diberikan oleh undang-undang, yang memberikan peluang besar untuk investasi di Suriah” untuk lebih mempromosikan hubungan bilateral.
Dalam pertemuannya dengan duta besar Suriah, Hosseini lebih lanjut mengatakan kekalahan kelompok teroris Daesh di Suriah, Irak dan seluruh wilayah adalah hasil dari upaya besar front perlawanan.
Dia juga menekankan bahwa Daesh telah menimbulkan bahaya bagi seluruh wilayah dan dunia Muslim. Namun, kerja sama kolektif telah menyebabkan kekalahannya dan para teroris gagal mencapai tujuan jahat mereka.
Dengan berakhirnya perang di Suriah, wakil presiden Iran menambahkan, AS dan Barat sekarang berusaha untuk menekan rakyat dan pemerintah Suriah dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik untuk menebus kegagalan militer mereka.
“Kami berharap pasukan Amerika akan meninggalkan wilayah Suriah dan Irak sesegera mungkin karena mereka terpaksa meninggalkan Afghanistan setelah 20 tahun. Amerika masih mencuri minyak Suriah dan yang mengejutkan dunia tidak mengutuk tindakan AS,” tegasnya. (ARN)
Sumber: PressTV
