Palestina, ARRAHMAHNEWS.COM – Kepala politbiro gerakan perlawanan Hamas Palestina mengatakan bahwa rezim Israel tidak akan dapat mengubah kenyataan di lapangan di seluruh tanah yang diduduki, termasuk kota suci al-Quds, tidak peduli apa pun tindakan manipulatif atau agresif yang mereka ambil.
“Langkah-langkah yang diambil rezim Zionis pendudukan di al-Quds tidak dapat memanipulasi fakta sejarah dan geografis [mengenai kota] atau mengubah kebohongan menjadi kebenaran,” kata Ismail Haniyeh pada hari Selasa (14/12), dalam peringatan 34 tahun berdirinya Hamas.
BACA JUGA:
- Jihad Islam: Perlawanan Palestina Konsisten Perangi Israel
- Ramalan Jenderal AS: Israel Akan Runtuh dalam 20 Tahun
Rezim Israel memproklamirkan keberadaannya pada tahun 1948 setelah menguasai petak luas tanah Arab regional, termasuk bagian barat al-Quds, selama perang yang didukung Barat. Rezim itu menduduki sisa kota dalam kampanye agresi serupa pada tahun 1967.
Al-Quds (Yerusalem) adalah tempat dimana Masjid al-Aqsha, yang merupakan situs tersuci ketiga Islam, berada. Palestina ingin kota itu menjadi ibu kota negara masa depan mereka.
Pejabat Hamas itu kemudian menekankan kepada seluruh warga Palestina untuk mengupayakan realisasi persatuan di antara barisan mereka sehingga mereka dapat mempertahankan hak-hak mereka dengan cara yang lebih tegas.
“[Penyediaan] dukungan untuk hak-hak bangsa Palestina mengharuskan kita berdiri bersama dalam satu front dan berjuang menuju persatuan,” katanya sebagaimana dikutip PressTV.
Haniyeh juga bersumpah bahwa gerakan Palestina tidak akan membebaskan tahanan Israel yang ditangkapnya, sampai rezim menyetujui pembebasan tahanan Palestina.
BACA JUGA:
- Hamas Rilis Rekaman Tahanan Israel di Penjara Rahasia
- Haniyeh: Pembebasan Tahanan Palestina Prioritas Utama Hamas
Ia mengulangi posisi prinsip Hamas yang menolak untuk mengakui musuh Zionis. Ia mengingatkan kegagalan terus-menerus rezim Israel untuk menghancurkan kelompok perlawanan sejak dibentuk pada tahun 1987.
“Semua rencana dan plot yang dibuat untuk memungkinkan penghancuran Hamas melalui pengepungan atau peperangan telah gagal,” kata pejabat Hamas itu.
Rezim Israel menjadikan Jalur Gaza, di mana Hamas bermarkas, di bawah pengepungan habis-habisan pada tahun 2006, ketika kelompok itu naik ke tampuk kekuasaan di wilayah Palestina.
Mereka juga telah meluncurkan empat perang besar melawan wilayah pesisir itu. Perang terakhir terjadi pada bulan Mei, mendorong kelompok itu untuk membalas dengan menembakkan ribuan rudal ke wilayah pendudukan.
Situs web Hamas juga menerbitkan sebuah pernyataan pada kesempatan peringatan itu, berjanji bahwa gerakan itu tidak akan meletakkan senjatanya sampai pembebasan seluruh Palestina dari pendudukan dan agresi Israel.
“Perlawanan menyeluruh dalam segala bentuknya, yang paling penting perlawanan bersenjata, adalah satu-satunya cara untuk merebut kembali hak-hak kita dan membebaskan tanah dan kesucian [kita],” bunyi pernyataan itu. (ARN)
