Baghdad, ARRAHMAHNEWS.COM – Setidaknya dua roket Katyusha mendarat di Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad, yang menampung gedung-gedung pemerintah dan misi asing, termasuk kedutaan besar AS.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Security Media Cell, yang berafiliasi dengan kantor perdana menteri Irak, mengatakan salah satu roket dihancurkan di udara oleh sistem pertahanan C-RAM, yang melindungi misi diplomatik Amerika, dan satu roket lainnya mendarat di zona hijau, merusak dua mobil sipil.
Baca:
Pernyataan itu menambahkan bahwa pasukan keamanan Irak telah meluncurkan penyelidikan untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu dan menemukan lokasi di mana roket diluncurkan.
Sabereen News, saluran berita Telegram yang berafiliasi dengan Unit Mobilisasi Populer Irak, lebih dikenal sebagai Hashd al-Sha’abi, melaporkan bahwa sirene berbunyi, memperingatkan serangan roket ke kedutaan AS di Zona Hijau.
Laporan itu menambahkan bahwa suara sistem rudal C-RAM yang menanggapi proyektil, diikuti oleh ledakan besar, dapat terdengar di sebagian besar area.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Tidak ada laporan segera mengenai korban dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan.
Pada hari Kamis, sebuah ledakan bom menghantam konvoi pasokan militer AS di provinsi Babil, Irak tengah.
Kelompok perlawanan Ashab al-Kahfi Irak kemudian mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu, yang terbaru dalam serangkaian serangan yang menargetkan pasukan AS di Irak dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, kelompok perlawanan Irak yang bernama Brigade Penakluk Khyber telah mengancam pasukan pendudukan AS dengan pukulan yang menghancurkan, jika pasukan itu memperpanjang kehadiran mereka di negara itu.
Kelompok itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penjajah Amerika tidak memahami bahasa perdamaian dan dialog karena mereka tidak tahu apa-apa selain kekuatan militer.
“Batas waktu bagi pasukan AS untuk meninggalkan Irak akan segera berakhir, tetapi pasukan ini belum memenuhi kewajiban mereka,” bunyi pernyataan itu.
“Kami telah memutuskan untuk menghadapi kekuatan-kekuatan ini dengan pukulan yang menyakitkan dan menghancurkan serta mengusir mereka dari tanah kami. Kami tidak akan meletakkan senjata kami seperti kelompok perlawanan Irak lainnya sampai semua wilayah pendudukan, terutama Al-Quds dibebaskan,” katanya.
Sentimen anti-AS tumbuh di Irak sejak pembunuhan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Unit Mobilisasi Populer, bersama dengan komandan anti-teror legendaris Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad. (ARN)
Sumber: PressTV.
