arrahmahnews

Islah Bahrawi: ‘Humor’ Cara Hebat Dakwah NU

Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Islah Bahrawi dalam akun Instagramnya menulis tentang bagaimana agama ini ditampilkan dengan santai dan menarik, tanpa perlu kekerasan bahkan caci-makian seperti yang ditampilkan oleh kelompok Intoleran selama ini.

Cara beragama seperti yang ditampilkan oleh para tokoh Nahdhaul Ulama (NU) penuh dengan humor dan canda tawa yang dapat memberikan warna baru dalam beragama, contohnya joke-joke Gus Dur.

BACA JUGA:

Beragama tidak hanya berbicara tentang dosa dan neraka. Sebagai manusia kita tidak harus terbelenggu oleh rasa cemas akan siksa, karena agama juga menyediakan ruang untuk bergembira. Dalam konteks Islam, humor adalah salah satu “Cabang tak tertulis” melalui dunia Tasawuf.

Islah Bahrawi: 'Humor' Cara Hebat Dakwah NU

Islam ramah

Jalaluddin Rumi salah seorang sufi yang banyak menghantarkan lelucon dalam berbagai macamnya. Rumi melawan arus agama yang paling berwajah masam dan garang pada zamannya.

Beragama di tangan Rumi menjadi petilan humor yang sama sekali tidak menahan indoktrinasi. “Jika manusia ingin iluminasi khusus”, kata Rumi, “maka lihatlah wajah manusia; dalam tawanya terdapat esensi kebenaran tertinggi”.

Tokoh sufi klasik dalam Islam lainnya termasuk Omar Khayyam dan Fariduddin Attar, banyak menghantarkan humor dalam berbagai pelajaran. Ide-idenya lalu membahas ke Eropa melalui kontak ilmiah antara dunia Islam dan Kristen.

Sejak abad awal hingga pertengahan, Tasawuf berhasil membangun jembatan antar komunitas dengan cair.

Di Barat, orang-orang terkenal seperti Dag Hammarskjold, St. Fransiskus, Sir Richard Burton, Cervantes dan Winston Churchill telah ditentukan oleh pemikiran sufistik Islam, termasuk selera humornya.

BACA JUGA:

Nahdlatul Ulama adalah salah satu lembaga yang banyak memperkenalkan kembali cara beragama dengan narasi-narasi humor ala sufi.

Banyak tokoh NU -dimotori oleh Gus Dur- berhasil membuat keseimbangan psikologis dengan melawan fanatisme yang berlebihan melalui humor dalam setiap dakwahnya.

Pada era Gus Dur, humor seolah-olah dibuka secara resmi dan berkala oleh NU. Dalam candaan Gus Dur ketika itu, “Jika dakwah isinya hanya marah-marah, mungkin pendakwahnya mantan Danramil”.

Humor membuat dakwah NU mengalir dan menarik. Ketika manusia tertawa, rasa marah, caci maki dan saling benci akan tereliminasi dengan dirinya sendiri.

Dakwah yang hanya menakut-nakuti dan sibuk memurtadkan orang lain untuk menghakiminya masuk neraka, pada akhirnya hanya melahirkan manusia-manusia yang kering, beringas dan ofensif. Hidup hanya sekali, tapi jika dijalani dengan tertawa, sekali saja terasa cukup. Demikian juga beragama. (ARN)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: