Hot News

Saudi Jadikan Rabi Yahudi Sebagai Kolumnis Media Pemerintah

Riyadh, ARRAHMAHNEWS.COM – Surat kabar berbahasa Inggris Arab Saudi, Arab News, menunjuk seorang rabi terkemuka sebagai kolumnis urusan terkini, karena Israel bekerja di belakang layar menuju normalisasi hubungan diplomatik dengan Riyadh.

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Yedioth Ahronoth, Marc Schneier, seorang rabi Amerika dan Sekjen Foundation for Ethnic Understanding, baru-baru ini bergabung dengan dewan redaksi harian Saudi, yang diterbitkan di Arab Saudi, dan wilayah Teluk Persia.

Baca: 

Menurut harian Israel, Schneier telah menjadi tamu tetap istana kerajaan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan Oman selama 15 tahun terakhir dan termasuk di antara 50 rabi yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat.

Pekan lalu, seorang pejabat tinggi di kementerian luar negeri Israel mengatakan Tel Aviv bekerja secara sembunyi-sembunyi menuju normalisasi hubungan diplomatik dengan Indonesia dan Arab Saudi.

“Ini adalah dua negara yang ingin kami capai kesepakatannya, tetapi ini adalah proses yang lambat yang membutuhkan banyak waktu dan usaha. Kami berharap yang terbaik,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu pada konferensi pers.

Meskipun Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik formal, Riyadh telah mengambil sejumlah langkah dalam beberapa tahun terakhir menuju normalisasi hubungan dengan Tel Aviv.

Pihak berwenang Saudi dikatakan telah memberikan lampu hijau dari balik layar kepada Uni Emirat Arab untuk menjalin hubungan dengan Israel pada tahun lalu. Sejak itu, mengizinkan pesawat Israel menggunakan wilayah udara kerajaan untuk penerbangan langsung ke Dubai dan Abu Dhabi.

Pada 6 Januari, sebuah organisasi non-pemerintah independen yang mengadvokasi hak asasi manusia di Arab Saudi mengatakan Riyadh menggunakan penangkapan sewenang-wenang untuk membungkam penentang keras normalisasi dengan Israel.

Kelompok hak asasi yang berbasis di London, ALQST, mengatakan para pejabat Saudi telah menahan penulis dan peneliti Abdullah al-Yahya di balik jeruji besi sejak 24 Desember tahun lalu, setelah ia mengkritik normalisasi dengan rezim Israel dalam serangkaian posting yang diterbitkan di Twitter. (ARN)

Sumber: PressTV

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: