Rusia, ARRAHMAHNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa ekstremis Ukraina menggunakan metode yang sama dengan teroris internasional dalam konfrontasi mereka dengan pasukan Rusia di Suriah.
“Mereka menggunakan kendaraan pengangkut yang dilengkapi dengan senjata kecil atau mortir kaliber besar, dan taktik ini digunakan oleh teroris internasional di Suriah,” kata Mayor Jenderal Igor Konashenkov, Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, pada Hari Sabtu (26/02).
BACA JUGA:
- Pernyataan Pejabat Ukraina Saling Bertentangan soal Dialog dengan Rusia
- Rudal Rusia Hantam Apartemen di Kiev Hoaks
“Menurut intelijen, ekstremis Ukraina mengerahkan unit rudal dan artileri di daerah pemukiman Kiev dan kota-kota lain,” tambahnya sebagaimana dikutip TASS.
“Ini dilakukan dengan sengaja agar angkatan bersenjata Rusia melakukan serangan di daerah-daerah ini, kepemimpinan ultra-nasionalis Ukraina menggunakan metode yang sama seperti para teroris,” tambahnya.
“Kami mengimbau rakyat Ukraina untuk meminta otoritas kriminal di Kiev memindahkan semua senjata berat dari rumah mereka dan daerah pemukiman kota,” katanya.
Sebuah sumber lokal di Kiev mengkonfirmasi kepada delegasi Al-Mayadeen bahwa pasukan Rusia tidak terlibat dalam pertempuran di jalan-jalan Kiev, mencatat dalam pidatonya bahwa “kelompok bersenjata diperkirakan 20.000 (dua ratus ribu) ekstremis yang meneror penduduk Kiev dan terlibat dalam penjarahan serta pembunuhan”.
Secara bersamaan, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa “kelompok nasional ekstremis Ukraina membom sasaran sipil, menuduh pasukan Rusia melakukannya,” mencatat bahwa para ekstremis ini membom kota Starobilsk dan Kramatorsk, (kemudian) menuduh pasukan Rusia yang membom mereka.
Kementerian Pertahanan juga menekankan bahwa pasukan Rusia tidak membom sasaran sipil .
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa ” Nazi di Ukraina berperilaku seperti teroris, mengerahkan peluncur roket di jalan-jalan Kiev dan Kharkiv,” menyerukan tentara Ukraina “untuk tidak mengizinkan neo-Nazi mengambil warga sipil sebagai tameng manusia.” (ARN)
