Ukraina, ARRAHMAHNEWS.COM – Sementara negara-negara Barat menerima dengan tangan terbuka para pengungsi dari Ukraina, banyak laporan muncul yang menunjukkan bahwa pengungsi kulit hitam telah menjadi sasaran perlakuan rasis dan tidak adil di perbatasan dengan Polandia.
Sejumlah ekspatriat kelahiran Afrika telah bergabung dengan ratusan ribu orang yang mencoba melarikan diri dari Ukraina dan menyeberang ke Polandia dan negara-negara tetangga lainnya, dikutip PressTV.
BACA JUGA:
- Joe Biden Kembali Obral Janji pada Presiden Ukraina
- Laporan: Putaran Ke-2 Negoisasi Rusia-Ukraina Digelar Hari Ini
Nigeria dan Afrika Selatan mengecam diskriminasi semacam itu, menyerukan pejabat perbatasan di Ukraina dan tetangganya untuk memperlakukan warga negara mereka secara setara.
Sekitar 30.000 orang Afrika, sebagian besar dari Nigeria, Maroko, dan Mesir tinggal di Ukraina. Mereka merupakan lebih dari 20% siswa internasional Ukraina, yang tertarik dengan sekolah teknik dan kedokteran yang baik di negara itu yang dikombinasikan dengan biaya yang relatif rendah.
Mainstream media melaporkan bahwa Eropa tengah bersiap untuk krisis kemanusiaan besar, setelah pengungsi pertama yang melarikan diri dari konflik Ukraina tiba di Italia utara.
Sejauh ini, para pengungsi yang datang, yang sebagian besar terdiri dari perempuan, anak-anak dan orang tua, telah terdaftar di empat wilayah Italia, yaitu Trentino, Veneto, Emilia Romagna, dan Friuli Venezia Giulia.
Pemerintah Italia baru-baru ini setuju untuk mendistribusikan kembali pengungsi Ukraina di seluruh Uni Eropa. Italia kemungkinan akan menerima 13% dari total alokasi.
Pada hari Selasa, Perdana Menteri Mario Draghi saat melaporkan ke Senat tentang krisis Ukraina, mengatakan bahwa, “Invasi Rusia ke Ukraina adalah titik balik yang menentukan dalam sejarah Eropa.” (ARN)
