Iran, ARRAHMAHNEWS.COM – Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa rakyat Ukraina telah menjadi korban kebijakan jahat Amerika Serikat. Ia kembali menekankan penentangan Republik Islam Iran terhadap perang.
Pernyataan Raisi ini disampaikan dalam pidato hari Minggu (06/03) dalam pertemuan kabinet, dimana ia menyinggung sejumlah masalah, termasuk perkembangan regional dan konflik militer yang sedang berlangsung di Ukraina.
BACA JUGA:
- Ayatollah Khamanei: Ukraina Korban Krisis yang Diciptakan oleh AS
- Ayatollah Khamenei Desak Tanggapan Hibrida Terhadap Invasi Multi-Cabang Musuh
“Rakyat Ukraina, seperti rakyat Afghanistan, Yaman dan Irak, telah menjadi korban kebijakan jahat Amerika Serikat”, kata presiden Iran tersebut, dikutip PressTV.
“Seperti yang dideklarasikan oleh Pemimpin (Iran, Ayatollah Ali Khamenei), Republik Islam Iran secara definitif menentang perang dan semakin cepat perang ini berakhir, itu akan menguntungkan kawasan dan bangsa-bangsa, dan akan mengurangi kerugian dan menyebabkan lebih sedikit masalah bagi orang-orang,” tambah Raisi.
Sebelumnya, saat berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Selasa, Ayatollah Khamenei menyalahkan rezim Amerika atas krisis Ukraina saat ini, dan menuntut diakhirinya perang di Ukraina, dengan mengatakan Republik Islam Iran selalu menentang perang dan kehancuran di mana pun di dunia.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan “operasi militer khusus” yang ditujukan untuk “demiliterisasi” republik Donetsk dan Lugansk di Ukraina timur, yang secara kolektif dikenal sebagai Donbass.
Wilayah itu memisahkan diri dari Ukraina pada tahun 2014 setelah menolak untuk mengakui pemerintah Ukraina yang didukung Barat yang telah menggulingkan pemerintahan ramah Rusia, yang dipilih secara demokratis.
BACA JUGA:
- Dari Ukraina, Palestina, Kashmir, Afghanistan Hingga Yaman
- BREAKINGNEWS! Presiden Ukraina Zelensky Melarikan Diri ke Polandia
Mengumumkan operasi tersebut, Putin mengatakan misi itu ditujukan untuk “membela orang-orang yang selama delapan tahun menderita penganiayaan dan genosida oleh rezim Kiev.”
Konflik tersebut telah memicu tanggapan keras dari AS dan sekutunya, memberlakukan daftar panjang sanksi terhadap Moskow. (ARN)
