Rusia, ARRAHMAHNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Kamis (31/03) menandatangani dekrit, yang menuntut pembayaran gas dalam rubel untuk para pembeli dari negara-negara yang “tidak ramah”. Yang dimaksud adalah negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi kepada Moskow sehubungan dengan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
Langkah tersebut mulai berlaku pada hari ini, Jumat (01/04) dan mengharuskan pembeli membuka rekening di bank Rusia untuk memfasilitasi pembayaran. Putin pertama kali menandai langkah itu, pekan lalu, menjelaskan bahwa penyitaan Barat atas sejumlah besar cadangan mata uang asing negaranya berarti bahwa menerima euro atau dolar untuk pasokan adalah kontra-produktif.
BACA JUGA:
- Tekan Musuh, Putin: Transaksi Gas Wajib Gunakan Rubel
- Kremlin Akan Segera Umumkan Mekanisme Pembayaran Gas dengan Rubel
“Jika negara-negara yang tidak bersahabat tidak membayar dalam rubel mulai 1 April, kami akan menganggap ini sebagai default pada kontrak gas, dalam hal ini kontrak yang ada akan dibatalkan,” kata presiden sebagaimana dikutip RT.

Putin menjelaskan bahwa Rusia “Menyediakan gas” ke negara-negara Barat yang “Membayar kami dalam euro, yang mereka sendiri bekukan”.
“Ini berarti bahwa kami memasok gas secara gratis,” tambahnya. Menurut pemimpin Rusia, dekrit barunya merupakan langkah menuju kedaulatan keuangan negaranya.
Negara-negara ‘tidak ramah’ yang dimaksud Putin adalah AS, Inggris, Kanada, Australia, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Swiss, 27 negara Uni Eropa, dan sejumlah negara kecil.
Pengumuman itu langsung menjadikan rubel melonjak naik dari posisi terendah bersejarahnya terhadap dolar AS dan euro. Mata uang Rusia itu memulihkan hampir semua kerugiannya sejak serangan militer di Ukraina dimulai lebih dari sebulan lalu. (ARN)