Bandung, ARRAHMAHNEWS.COM – Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rumah Inovasi Natura membuat produk sabun tanah pembersih najis. “Sabun ini dapat berperan sebagai pengganti tanah dalam mensucikan tubuh dari kategori najis yang paling berat,” kata Heni Rachmawati, inisiator sekaligus Kepala Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB kepada Tempo, Selasa, 5 April 2022.
Pegiat medsos Denny Siregar dan warganet mengomentari hal tersebut dengan komen-komen yang cukup lucu.
BACA JUGA:
- Wahyu Sutono: Musni Umar Rektor Ngaco dan Catut Nama ITB
- Waspada Proyek Ideologi Radikal Wahabi di Sekolah dan Kampus
Denny Siregar di akun Instagramnya berkomentar “Kalau cuman bikin sabun doang mah, mending dikerjain sama Universitas Ibnu Chaldun”.
Akun Instagram krisna69.mukti juga berkomentar “Sabun anti virus kadrun ada gak bang?”.
Cara pemakaiannya, sabun tanah itu digunakan untuk mencuci bagian tubuh yang terkena najis sebanyak sekali. Kemudian enam kali pencucian selanjutnya menggunakan air. Sementara ini sabun yang dibuat dalam bentuk cairan, nantinya direncanakan dalam bentuk sabun batang.
Menurut Heni, komposisi utama sabun mengandung clay kaolin sebanyak 20 persen. Bahan itu merupakan kelompok mineral dalam tanah liat dengan tampilan berupa serbuk putih, ringan, dan cenderung tidak berbau. Kemudian ada kandungan vitamin E dalam bentuk nanoemulsi.
Hasil aplikasi teknologi nano itu untuk meningkatkan fungsi dan efektivitas vitamin E dalam sabun. “Sesuai tujuannya yaitu membantu menyehatkan dan melembutkan kulit,” kata Heni. Bentuk nano vitamin E juga memudahkan proses pencampuran vitamin E yang berupa minyak ke dalam sabun yang berbasis air.
BACA JUGA:
- Perekrutan dan Kaderisasi Kelompok Radikal di Kampus Mirip Gaya NAZI dan PKI
- Hasil Kesepakatan Seminar di Bogor: Usir kelompok Intoleran dan Radikal yang Tak Akui Pancasila
Fungsi sabun itu selain membersihkan kotoran secara umum juga zat-zat najis. Kekhususan fungsi itu karena ada kandungan unsur tanah yaitu kaolin yang menjadi komponen utama sehingga memenuhi fatwa sebagai penyuci dari najis. Keunggulan kedua, kata Heni, yaitu kandungan vitamin E dalam bentuk nano bisa bercampur secara sempurna dan stabil dalam jangka waktu lama ke dalam produk sabun cair yang dikembangkan.
Nano vitamin E itu menjadi ciri khas produk hasil Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB. “Sabun pencuci najis ini juga telah tersertifikasi halal,” katanya. Adapun pengguna sabun anti najis itu seperti kalangan yang pekerjaannya berinteraksi dengan binatang di rumah sakit hewan, perawatan hewan piaraan, rumah pemotongan hewan, restoran, pasar, supermarket, pelatihan hewan, dan lain sebagainya.
Dengan sabun itu, pengguna tidak perlu repot dan khawatir memperoleh pasir atau tanah untuk menyucikan diri apabila terkontaminasi atau bersentuhan dengan benda-benda yang bersifat najis seperti dari anjing dan babi. Latar belakang riset sabun itu agar umat Islam lebih mudah menyucikan diri ketika terkena najis.
Menurut Heni, riset sabun pembersih najis dimulai sejak pertengahan 2021 di Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB. Izin edar mereka peroleh pada akhir 2021. “Telah diproduksi dalam skala besar untuk komersialisasi pada awal 2022,” ujarnya.
Sabun yang dinamakan Natura itu dijual seharga Rp 25 ribu untuk ukuran 100 mililiter, dan Rp 120 ribu untuk volume 0,5 liter. Penjualannya lewat Koperasi Keluarga Pegawai ITB, apotek, juga toko daring. (ARN)
Sumber: Tekno Tempo
