Iran, ARRAHMAHNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa Teheran dan Baghdad memiliki perhatian khusus tentang perlunya menegakkan gencatan senjata di Yaman dan pencabutan pengepungan yang dipimpin Saudi yang tidak manusiawi di negara miskin itu.
Hossein Amir-Abdollahian membuat pernyataan ini selama pertemuan dengan timpalannya dari Irak Fuad Hussein di Teheran pada hari Rabu (13/04), di mana kedua belah pihak membahas berbagai masalah bilateral dan regional.
BACA JUGA:
- Presiden Yaman: PBB Harus Serius untuk Keberhasilan Gencatan Senjata
- Ayatollah Khamenei ke Saudi: Anda Tidak Akan Menang di Yaman
“Kami sepakat menyambut gencatan senjata di Yaman dan pentingnya pembicaraan Yaman-Yaman serta pencabutan pengepungan yang tidak manusiawi,” kata Amir-Abdollahian.
“Kami percaya bahwa di bawah gencatan senjata yang langgeng, pencabutan pengepungan yang tidak manusiawi, dan dialog antara semua pihak Yaman tanpa campur tangan asing, (maka) rakyat Yaman akan dapat membuat keputusan terbaik tentang nasib mereka,” tambahnya sebagaimana dikutip Press TV.
Pada 2 April, gencatan senjata yang ditengahi PBB selama dua bulan mulai berlaku antara pihak-pihak yang bertikai di Yaman, menghentikan semua operasi militer ofensif dan mencabut pengepungan yang dipimpin Saudi.
BACA JUGA:
- Koalisi Saudi Lakukan 152 Pelanggaran Senjata Yaman dalam 24 Jam
- Ansharullah Tanggapi Pengunduran Diri Mantan Presiden Yaman, Mansur Hadi
Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg menyerukan pada hari Rabu untuk “keterlibatan serius” penegakan gencatan senjata di negara yang dilanda perang itu, mengatakan sementara gencatan senjata “secara luas berlaku, kita perlu memperhatikan beberapa tantangan juga.”
Memimpin koalisi militer regional, yang terdiri dari Uni Emirat Arab dan beberapa negara Arab lainnya, Riyadh mengobarkan perang di Yaman pada Maret 2015 untuk mengembalikan kekuasaan mantan rezim Yaman dan menghancurkan gerakan perlawanan Ansarullah.
Perang, bagaimanapun, telah keluar jauh dari semua tujuannya karena perlawanan bangsa Yaman, namun agresi telah membunuh ratusan ribu warga sipil dan mengubah seluruh negara miskin itu menjadi tempat krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (ARN)
