Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Dina Sulaeman ‘Semprot’ Tempo soal ACT. Thread twitter pengamat politik Internasional untuk Timur Tengah, Dina Sulaeman mengkritisi informasi soal lembaga donasi Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang dimuat Tempo tidak membahas detail bahwa ACT kirim donasi ke pemberontak Suriah.
Berikut thread Dina Sulaeman yang dikutip di akun Twitternya oleh Arrahmahnews.com:
1/ Aksi Cepat Tanggap vs Aksi Cepat Tilep
Fokus reportase Tempo adlh dana2 yang dipakai oleh elit ACT. Copas sebagian:
**TEMPO ke Ibnu Khajar (Presiden ACT saat ini): Presiden ACT kabarnya mendapat gaji lebih dari Rp 250 juta & senior vice president sampai Rp 150 juta. Benarkah? pic.twitter.com/I9QQQfjjOh— Dina Sulaeman (@dina_sulaeman) July 4, 2022
BACA JUGA:
- Selewengkan Dana Sosial, Beranikah Kemensos Cabut Izin ACT?
- Tilep Dana Umat, Netizen Desak Polri Periksa ACT
Dina Sulaeman menukil tulisan Tempo “Fokus reportase Tempo adalah dana-dana yang dipakai oleh elit ACT. Copas sebagian: **TEMPO ke Ibnu Khajar (Presiden ACT saat ini): Presiden ACT kabarnya mendapat gaji lebih dari Rp 250 juta dan senior vice president sampai Rp 150 juta. Benarkah?.
Jawab Ibnu Khajar: Angka-angka itu tidak semuanya benar. Kami tidak bisa menyampaikan angkanya berapa. Itu informasi privat.
TEMPO ke Ahyudin (eks Presiden ACT): Kami mendapat informasi bhw Anda menerima gaji lebih dari Rp 250 juta.
Jawab Ahyudin: Gaji di ACT tinggi. Saya pasang tinggi gajinya. Saya paksa kerja habis-habisan supaya ACT bisa mempersembahkan program yang baik. Tapi 25% gaji saya kembalikan ke lembaga sebagai wakaf.
Dina Sulaeman melanjutakan, pertanyaan saya: kok ga dibahas oleh Tempo, aliran dana ACT ke Suriah?. Sejak awal konflik Suriah, ACT sudah aktif menggalang donasi, masalahnya: mereka menebar narasi yang sejalan dengan para “Mujahidin” alias Al-Qaida, ISIS, dll, yaitu REZIM JAHAT ASSAD membantai rakyatnya sendiri.
Dalam penggalangan donasi, mereka pakai bendera pemberontak. Padahal Dubes Indonesia untuk Suriah sudah sangat jelas, konflik di Suriah itu pemerintah yang SAH Vs Al-Qaida dan afiliasinya.
Kalau ACT pro pemberontak, artinya, berlawanan dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Pada Tahun 2018, ACT menggalang donasi untuk Ghouta, kata ACT: warga di sana “Berdarah-darah.” Padahal, yang terjadi; Ghouta timur dikuasai teroris-terosis afiliasi Al-Qaida dan menyandera warga. Militer Suriah melancarkan operasi pembebasan Ghouta. Ada media yang mewawancarai ACT soal aliran dana.
BACA JUGA:
- Terbongkar Sumber Dana Besar ACT dari BUMN Hingga Swasta
- Dina Sulaeman: Tentang Bukalapak dan ACT ‘Pro Pemberontak Suriah’
Tidak mungkin masuk Ghouta kalo ACT tidak ada izin resmi karena dari perbatasan Turki ke Ghouta sudah dikuasai lagi oleh Damaskus (tidak lagi diduduki Al-Qaida dkk). ACT mengklaim, bantuan untuk Ghouta tetap sampai, meski tak izin Damaskus.
Video 23 Maret 2018: warga Ghouta yang lima (5) tahyn ditahan dan dijadikan “Tameng manusia” oleh teroris (Jaysh al-Islam, Ahrar al-Sham, dll) happy karena sudah bebas. Tidak seperti kata ACT, “warga menderita jadi korban rezim”.
Terakhir– untuk Anda yang ingin membaca lebih lengkap soal Suriah, 2 buku saya sudah dilepas e-booknya, silakan download gratis dan baca.
Di situ saya bahas juga bagaimana Tempo ikut menebar narasi anti pemerintah Suriah. (ARN)
