Jakarta, ARRAHMAHNEWS.COM – Pegiat medsos Dahono Prasetyo dalam akun Facbooknya menjelaskan tentang wacana penghapusan anggaran pensiun anggota DPR MPR yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani sedikit banyak mendapat apresiasi dari masyarakat.
Anggota dewan yang merupakan wakil rakyat sudah saatnya tidak lagi bergantung kepada rakyat dalam urusan masa depannya.
Dana pensiun mereka yang jumlahnya anggarannya bisa milyaran rupiah asalnya dari uang rakyat juga. Sementara mereka menjadi anggota Dewan boleh dikata sudah memiliki kekayaan cukup untuk hidup senang 3 turunan. Uang pensiun dalam ukuran mereka hanya recehan belaka dibanding pendapatan mereka hasil kolusi menjadi anggota dewan.
BACA JUGA:
Fenomena wakil rakyat dari dulu hingga kini tidak pernah lepas dari urusan oligarki. Ujungnya urusan perut anggota oligarki juga. Belum ada dalam sejarahnya anggota DPR MPR berlatar belakang rakyat jelata dengan penghasilan standar UMR. Mereka sudah kaya raya sejak niat menjadi anggota dewan masih dalam fikiran. Membeli kursi jabatan di parlemen bukan sesuatu yang murah, itu investasi juga kan?.
Dana pensiun pada akhirnya menjadi tidak berarti dimata mereka yang sudah terbiasa dengan dana siluman. Ini bukan stigmatisasi negatif bagi anggota dewan dan majelis yang terhormat, tapi begitulah rahasia umum yang terjadi.
Jika sudah tidak berarti memang sewajarnya dihapuskan bukan dalam rangka negara tidak mampu membayar. Tetapi akan lebih bermanfaat ketika disalurkan untuk pos subsidi lain, misalnya subsidi minyak goreng untuk UMKM dan pupuk bagi petani.
Jika anggota DPR MPR yang dihapus dana pensiunnya ingin dianggap berjasa bisa saja. Idenya sederhana: Dalam kemasan botol minya goreng bersubsidi sertakan tulisan “Minyak ini hasil keikhlasan pensiunan anggota DPR”. Bisa juga di karung pupuk subsidi dituliskan “Hibah dana pensiun anggota MPR untuk Petani”.
Tanpa harus di-viralkan, niscaya jutaan warga penerima minyak goreng dan pupuk akan mendoakan para mantan itu bahagia di hari tua dan semoga saat wafat masuk surga.
Gitu aja kali?. (ARN)
