Surabaya, ARRAHMAHNEWS.COM – Pegiat media sosial (medsos) akun Facebook Biakto Biakto menjelaskan apakah PDIP melentingkan GP atau mencampakkannya?.
Menurut Biakto, perasaan kita diaduk oleh PDIP karena masih terkesan mau mencampakkan Ganjar Pranowo (GP) yang rating awalnya sampai sekarang sebagai capres tetap tinggi vs Puan. Malah Minggu lalu sudah bertengger diatas melampaui PS dan AB.
BACA JUGA:
- Iyyas Subiakto: DPR Semakin Brutal, Mereka ”Kebiri” KPK dan Jokowi
- Iyyas Subiakto: Jokowi Diserang Oposisi “Rakus”
Ganjar Pranowo (GP), (Prabowo Subianto) PS dan Anies Baswedan (AB) selalu tiga teratas, sementara Puan tetap gak bisa di kerek.
Apakah ini mainan test ombak, test angin terserahlah, tapi memilih kepala negara bukan masalah keturunan siapa, tapi lebih kepada bisa kerja dan memegang amanah, bukan nyampah seperti tetangga sebelah.
Sebagai putri Megawati dan cucu Soekarno kita sayang Puan. Tapi kalau maksa jadi kepala negara ya sangat di sayangkan karena kapasitasnya gak pas, prestasinya pas-pas an. Jadi janganlah negara dengan penduduk 280 juta mau dijadikan ajang coba-coba, besar resikonya.
Pemikiran lain saya dari kondisi yang membuat kita berspekulasi adalah bahwa ini adalah mainan cantik PDIP dalam menaikkan rating GP.
Indonesia ini kan negara dengan gaya politik yang suka mempolarisasi. Islam non Islam, agama vs nasionalis. Kalau itu yang mau dijadikan siapa yang lebih disukai ya pastilah nasionalis yang digemari.
Negara dengan mayoritas islam ini tak suka-suka amat dengan agama. Karena yang merasa beragama kelakuannya banyak seperti buaya, makan bangke tak tau rasa.
Cuma setelan saja di padu padankan dengan surga yang mereka khayalkan, padahal berdoapun mereka penuh dengan ke pura-pura an.
BACA JUGA:
- Iyyas Subiakto: ILC dan Karni Ilyas Sumber Produk Kebencian
- Iyyas Subiakto ‘Semprot’ Karni Ilyas dan Tv One “Stop Produksi Kebencian”
Jadi kalau Puan memang di jadikan pegas MELENTINGKAN GP maka kita harus angkat jempol.
Ini momentum yang harus diambil agar oposisi kecela. Karena mereka telah mencoba merasuki pikiran Megawati agar tetap mendorong Puan, bahkan mungkin saja orang dalam sudah terasuki karena di infiltrasi untuk terus membisiki Megawati bahwa sang putri layak naik kursi RI 1.
PDIP partai pemenang pemilu ini pasti menjadi incaran untuk di belah. Karena bila mereka pecah gampang dilemahkan, termasuk terus mendorong Puan. Tapi oposisi salah ngimpi, mereka mendorong Puan, suara GP melejit.
Saat itulah Megawati mengumumkan GP capres PDIP didampingi Puan, saat itu pulalah oposisi bak makan nasi basi. Dikunyah baunya anyir, ditelan perutnya melintir. Maka saat itulah PDIP makin digdaya, RI makin jaya. Semoga saja, Megawati tak menjadi kuda tuli. (ARN)
